Tan Tjien Kie :

=========================================================
Peringetan Wafatnya Majoor Tan Tjin Kie
Budaya-Tionghoa.Net | Tan Tjin Kie lahir pada tanggal 25 Januari 1853 di Cirebon dan meninggal pada tanggal 13 Februari 1919. Pada tahun 1884 Tan diangkat menjadi Luitenant Wess en Boedelkamer. Pada tahun 1888 , Tan menjadi Kapitein dan pada tanggal 1913 akhirnya menjadi Majoor. Pada tahun 1893 , pemerintahan Dinasti Qing memberikan gelar To-Han [Maharaja Kelas II] dan pada tahun 1908 , Tan mendapat promosi dari pemerintah Qing dengan pangkat To-Wan. Di tahun 1909 , Tan mendapat bintang Gouden Ster van Verdienste [Bintang Emas Untuk Jasa] . Tan juga menjadi ketua dari perkumpulan kematian Kong Djoe Koan ,perkumpulan THHK dan pelindung Hok Siu Hwee. Tan adalah pelindung utama kesenian jawa , "Een Grot Beschemer der Javaanse Kunst" [Dr Th Pigeaud, Javaanse Volksvertoningen , p114] . Tan juga seorang dermawan yang sering membantu korban bencana alam dan kelaparan di
Tiongkok. Tan menyumbang 10 ribu f untuk mendirikan rumah sakit di Cirebon dan 10 ribu f untuk gedung THHK . Tan juga menyumbang untuk masjid di Luwung Gajah dimana ia memiliki dua pabrik gula dan satu istana megah di Binarong. Pada tahun 1917 , Tan sudah mulai sakit-sakitan. Di tahun berikutnya kaki beliau mulai bengkak. Menurut analisa dokter , Tan mendapat masalah jantung , dan memberinya nasehat agar tidak banyak kerja dan cukup tidur. Dibulan Juni 1918 , sakit yang dialami Tan mulai berat. Dokter E Gottlieb sempat memanggil Dokter C.D. Langen dari Jakarta. Di malam Imlek , 31 Januari 1919 , Tan tidak ikut makan bersama. keluarganya karena badannya sudah berasa tidak enak. Tetapi keesokan paginya Tan sudah kembali bugar. Tanggal 12 Februari kondisi Tan kembali memburuk. Dokter yang datang kerumahnya menanyakan pada beliau dimana letak sakitnya. Tan menunjukkan sakitnya di ulu hati. Dokter kemudian menyarankan agar Tan di suntik. Kira-kira jam 8 malam dokter menyarankan agar Tan pindah ke tempat tidur. Menjelang wafatnya , Tan hanya bisa tidur sebentar-sebentar tapi anggota keluarganya masih melihat cara tidurnya masih normal. Esok paginya tanggal 13 Februari , Tan kembali sehat dan dokter pun pulang. Hari itu juga Tan meninggal dalam posisi duduk ditempat tidur dan kepala bersandar di istrinya. 
Sejak 12 Februari , semua keluarga sudah berkumpul . Itu sebabnya saat Tan meninggal , semuanya ada ditempat. Selain keluarga , para sahabat juga datang berkunjung seperti keluarga The Wie Tjong , keluarga Tan Kong Boen , keluarga Oey Tek Liem , Asisten Residen , keluarga keraton Cirebon , Letnan Arab , Residen dstnya. Sesudah itu almarhum Tan masuk peti. Pada tanggal 31 Maret sudah banyak orang yang berkunjung ke Cirebon. Terlebih lagi pada tanggal 1 dan 2 April kota Cirebon sudah penuh sesak. Harga sewa kendaraan dan penginapan menjadi berlipat ganda dari hari biasanya. Kapiten Liem Joe Tiang dari Magelang menginap di hotel Hollandia , tetapi teman-temannya tidak mendapat penginapan. Keng Liong Tjan menginap di Sangkanhoerip. C.Y. Ypma memperkirakan jumlah pengunjung ke kota Cirebon sekitar 200 ribu orang. Cinke Kwee Ping Wie menceritakan kesan bahwa kereta-api penuh sesak dengan penumpang sehingga kepala stasiun meminta dikirim 11 kereta lagi. Letnan The Han Tong sendiri musti tidur bersama keluarga lain dan keluarganya dari Pekalongan . Lim Long Eng kedatangan tamu dari Surabaya . Nyonya Jap Tjhian di rumahnya menerima tamu dari berbagai kota dari Kedung Gede , Karawang , Jakarta dan Tegal. Begitu juga dengan Nyonya Gan Wie Djien yang rumahnya kedatangan tamu yang belum dia kenal. Rumah Perhimpunan Kian Gie Hwe Koan menerima sekitar 50 orang nyonya Tionghoa dari Tegal , Tanjung , Banjaran , Slawi , Kalierang , Bumiayu, Comal , Pekalongan , Magelang dan Jogja , sementara tamu lelaki ditolak di tempat perhimpunan itu.Rumah Bian Hap Hwee memberikan tempat pada sekitar 30 orang tamu baik pria maupun wanita dari Tegal, Comal , Pekalongan , Magelang dan Jogja. Orang-orang Belanda dan perwira militer dari Bandung dan Cimahi pun turut datang untuk menghadiri pemakaman Tan. Demikian tamu-tamu kesulitan mencari tempat tidur sehingga ada yang tidur di meja dan kursi. 
Liem Kwat Tjiang berkisah bahwa pada tanggal 2 April pagi hari jam 6, dia berangkat dari Jamblang dan melihat sepanjang jalan penuh orang yang sedang berjalan menuju Cirebon, sampai kendaraan dia harus berjalan perlahan. Pasar-pasar dalam kota semua kosong dan tidak ada yang berjualan kecuali pasar Balong yang dilewati para pengunjung dimana makanan dijual mahal. Seisi penduduk Cirebon kaget dengan keramaian yang tidak pernah disangka sampai seramai itu dari segala bangsa dan latar belakang . Keramaian pemakaman Tan ini melampaui keramaian pesta Maulud , pesta Capgome dan juga pesta Raja. 
Banyak juga yang sampai naik keatas pohon dipinggir jalan agar dapat melihat lebih leluasa. Bukan saja tamu-tamu orang Belanda tapi juga nyonya-nyonya Belanda pun ada yang turut naik keatas pohon. Begitu juga bagian loteng dari tiap rumah penuh dengan penonton. Orang-orang Belanda memegang kamera untuk mendokumentasikan acara termasuk Pijttersen dari Tegal. Ada beberapa penonton yang tercebur ke kali walau tidak begitu dalam. Kapiten Khouw Oen Hoeij dari Jakarta , Tan Taij Hok dari Cirebon dan Letnan Thung Tjoen Ho dari Bogor , Tan Tek Haij dari Lampegan , sampai terkejut ketika ada orang mengamuk . Kapiten Khouw Oen Hoeij bercerita ketika ayahnya , Letnan Khouw Tjeng Ke dimakamkan ada orang mengamuk sampai tujuh orang tewas. Pada tanggal 1 April malam hari , sejak jam 7 sore , tamu-tamu perempuan dari segala bangsa masuk ke rumah duka. Sementara tamu-tamu lelaki tertahan oleh penjagaan polisi. Pihak keluarga Tan sendiri tidak ada yang tidur . Pangeran Raja dari keraton berserta mertuanya , Regent Cirebon , Raden Adipati Aria Salmon Salam Soerja Di Ningrat , bercerita bahwa pada malam itu jalan-jalan banyak suara kendaraan sampai pagi. Beliau sendiri sampai kedatangan tamu dari jauh. 
Kira-kira jam 1 malam , peti mati diangkat oleh 40 orang Tionghoa dan dipindah ketengah , meja2 sembahyang dipasang didepannya. Jam enam pagi proses sembahyang dimulai. Orang banyak turut sembahyang termasuk murid2 sekolah THHK Cirebon , THHK Waled dan THHK Jamblang turut menyanyikan lagu-lagu sedih . Proses ini baru selesai sampai sekitar jam 9 pagi. Peti mati tertunda sejam sebelum bisa diberangkatkan. Tamu-tamu khusus sudah datang sejak jam 8.30 pagi , termasuk diantaranya Sri Paduka Tuan Susuhunan , Pangeran Ario Mangkudiningrat , Auwyang Kee Konsulat Jendral dari Tiongkok, utusan dari Keraton Solo , Lie Tjian Tjoen - Kapiten Batavia. CJ Feith dan AJH Eijken sebagai residen dan asisten residen turut hadir. Peti mati akhirnya diberangkatkan jam 10 pagi. Kereta Foto ditarik oleh empat kuda, kereta jenazah ditarik oleh 240 orang Tionghoa yang berpakain serba putih. Di sepanjang jalan , gapura-gapura bertulisan Tionghoa berdiri , polisi berjaga setiap 20 meter. Polisi lain ikut mengiringi rombongan disetiap 10 meter. Jumlah polisi yang dikerahkan sekitar 600 personil . Pemerintah kolonial Belanda mengirimkan dua peleton militer untuk memberikan penghormatan. Pemakaman diiringi musik dan tiga korps musik militer. Kota Cirebon juga praktis tidak ada aktivitas. Bank dan toko di Cirebon tutup pada saat itu. Pemakaman Majoor Tan Tjin Kie menjadi pemakaman yang terbesar dan berbiaya paling mahal pada saat itu. Menghabiskan dana sekitar 70 ribu gulden dan perencanaannya memakan waktu dua setengah bulan. Media "Bataviaasche Nieuwsblaat" menerbitkan buku lampiran seputar dokumen foto jalannya acara pemakaman itu. Untuk perlengkapan pemakaman didatangkan juga ahli-ahli dari Tiongkok. 
Di bulan Agustus 1919 , rombongan musik dari San Fransisco dibawah pimpinan majoor Sydney Peixsotto mampir ke Cirebon dalam perjalanannya ke Australia. Rombongan ini memberikan penghormatan dengan pawai obor dan musik serenada menuju rumah almarhum. Di depan meja abu rombongan ini juga memberikan penghormatan dengan musik didepan meja abu. 

REFERENSI : 
1. Tan Gin Ho , "Peringetan Dari Wafatnya Majoor Tan Tjin Kie Dan Kwee Hin Houw Dalam Majalah Tjhoen Tjioe" 
Budaya-Tionghoa.Net | Mailing-List Budaya Tionghua
Tan Tjien Kie : Peringetan Wafatnya Majoor Tan Tjin Kie - LAMPIRAN
 Written by Zhonghua Wenhua on 20 February 2012.

LAMPIRAN
Arsip Tan Gin Ho , "Peringetan Dari Wafatnya Majoor Tan Tjin Kie Dan Kwee Hin Houw Dalam Majalah Tjhoen Tjioe" , disampaikan oleh Steve Haryono di Mailing-List Budaya Tionghua ,  Mailing-List Budaya Tionghua , Agustus 2006. Terdiri dari beberapa bagian

BAGIAN 1
Padoeka papa moelai berobah kewarasannja sasoedahnja saja poenja anak prampoean DICKY (GWAT ENG) kawin, ja-itoe di tahoen 1916, brangkali dari sebab di itoe waktoe Papa banjak tjape dan koerang tidoer, sebab nikanja Dicky djoega ada di rajaken dengen keramean besar. 
Di tahoen 1917 Papa soedah moelai tempo-tempo dapet sesek dan di tahoen 1918 kaki tempo-tempo soeka bengkak. Menoeroet perbilangannja Dokter ini semoea dari djantoeng jang soedah djadi koerang koeat, maka Dokter ada kasih nasehat soepaja Papa djangan banjak kerdja dan kaloe masoek tidoer soepaja djangan lebih laat dari djam 10 malem. Kaloe Papa bisa djaga diri, Dokter bilang Papa masih bisa hidoep lama sekali dan Dokter ada kasih obat tetes boat di minoem kaloe dapet sesek. 
Di boelan Juni 1918 Papa dapet sakit sedikit berat, maka Dokter E. GOTTLIEB panggil consult Dokter C.D. DE LANGEN dari Betawi, tapi di itoe waktoe slamet Papa djadi bae kombali. Dari 1 (Senen) sampe 21 (Minggoe) October 1917 (djadi dapet 21 hari) Papa tetira di Koeningan. Dari kira-kira pertengahan October 1917 sampe 12 December, hari Rebo, Papa tetira di Tambak dapet kira-kira 2 boelan. Dari 17 Juli, hari Rebo, sampe 3 November 1918, hari Minggoe, djadi dapet 31/2 boelan, Papa tetira di Pesisir. Dari 3 November sampe kira-kira pertengahan December 1918, djadi dapet 11/2 boelan, Papa tetira di Kalitandjoeng. Papa dateng penghabisan kali di Luwunggadjah pada hari Djoemahat 27 December 1918 ja-itoe di waktoenja anak-anak vacantie dan tinggal disana sampe liwat tahoen baroe Belanda. 
Sebab di itoe waktoe Papa dan Mama maoe dateng disana bersama semoea anak-anak dan itoe anak-anak ada nakal-nakal, maka tadinja saja nijat bangkoe dan korsi jang pake soetra tinggal di saroengin, soepaja tidak kena di bikin kotor oleh anak-anak, tapi sebab menginget Papa ada djarang-djarang dateng di Luwunggadjah, maka oentoeng sekali jang itoe meubel saja soeroe boeka saroengnja dan bendera di tiang di atas gedong Binarong dan di atas gedong fabriek di kibarken dan ini bendera-bendera baroe di toeroenken, sesoedahnja Papa poelang ka kota. 
Papa Mama poelangnja dari Luwunggadjah bersama anak-anak pada hari Kemis 2 Januarii 1919, djadi tinggal disana tjoema dapet satoe minggoe. Di Binarong, Papa ada lihat serta denger soewaranja Gramophone dan Pianola jang baroe dateng dari Amerika. Djoaga Papa ada pergi naek lorrie sama Mama dan anak-anak lihat kebon-kebon teboe dan Papa kelihatan ada seger. 
Papa ada banjak seneng hati, jang goela kloearan oogst 1918 jang tida bisa dapet banjak di djoeal, lantaran harga goela ada keliwat rendah dan toeroen-toeroen sadja, achirnja di penghabisan tahoen 1918 bisa di djoeal dengen harga bagoes sekali, sedeng boeat goela oogst 1919 lagi-lagi dapet tawaran tinggi jang harganja naek-naek sadja. Sedari sabelon tahoen baroe saban malem ada kadengeran soewaranja boeroeng Dares dan semingkin lama semingkin serig kedengerannja itoe soewara di waktoe malam, sampe saja poenja bini dalem tempat tidoer sering kata : "tida enak sekali ada itoe soewara, setahoe maoe ada apa di kota Cheribon, apa brangkali bakal ada penjakit?" 
Tapi di malem 12 ka 13 Februari antero malem soewaranja Dares tida ada brentinja, jang kadengeran terbangnja rendah sekali. Sasoedahnja Papa meninggal baroe itoe soewara Dares ada koerang dan mingkin lama mingkin djarang. Pada 13 Februari betoel dimana waktoenja Papa meninggal, djadi waktoe sijang, di loear orang geger, jang ada boeroeng Dares ngelabak terbang meliwati atas roemah Papa dari Lor-koelon ka Wetan-kidoel. Lantas sakoetika itoe djoega dari kamer-Papa orang mendjerit lihat Papa pangsan, tapi sabetoelnja boekan pangsan, sebab sakoetika itoe djoega Papa soedah meninggal. 
Di hari-hari tahoen baroe (menoeroet Papa poenja bilangan moelai dari hari penghabisan tahoen lama, djadi di 31 Januari 1919 hari Djoemahat Manis, tapi di itoe hari saja sendiri tida dapet lihat soedah ada itoe boeroeng) sampe di hari deketnja Papa maoe meninggal, ada satoe boeroeng Sikatan saban hari masoek njanji di moeka katja-katja besar dalem roemah. Disitoe baroe saja tahoe jang boeroeng Sikatan bisa mengotje begitoe enak. Ini boeroeng ada kelihatan girang sekali, dari satoe katja terbang ka laen katja, memaen di moeka itoe katja-katja dengan kasih njanjiannja jang njaring, seperti dia ada girang lihat ada temennja dalem katja. Kendati sering-sering di gebah kloear oleh djongos-djongos, tida oeroeng lagi-lagi dia dateng lagi. Amper di antero waktoe dari saban hari itoe boeroeng ada di dalem roemah, terbang sabentar kloear, lantas dateng masoek lagi. Papa dan saja seneng hati dengerken njanjiannja jang tida brenti-brenti, seperti itoe ada satoe alamat baik, siapa tahoe brangkali kita dapet kaoentoengan bagoes dari goela, maka saja larang djongos-djongos djangan gebah dia lagi. 
Sasoedahnja Papa meninggal baroe ketahoean jang itoe boeroeng dalam 3 hari, 9, 10 dan 11 Februari, troes-meneroes saban-saban mentjlok di korsi, jang biasanja Papa doedoek minoem thee di waktoe sore. Ini tjeritaan ada dari djongos-djongos dan baboe-baboe jang ada banjak berdiem di itoe tempat makan. Itoe boeroeng Sikatan dari hari 12 Februari tida kelihatan dateng lagi. Di malem pengabisan tahoen lama (oudejaarsavond, 31 Januari 1919) Papa tida toeroet makan, sebab di rasa tida enak badan, djadi troes masoek tidoer, tapi paginja di hari tahoen baroe, Papa soedah djadi seger kombali, kloear berpakean thungsha boeat sembajang dan boeat paij-koei sama Mama-besar (Mamanja Papa) serta boeat trima familie dateng paij-koei tahoen baroe. Sahabisnja Papa ganti pakaean putih, kloear di voorgalerij dan lihat bloemstukken (kembang-kembang) jang ada diloear, kiriman dari familie EIJKEN, Assistent-Resident, dari familie DE GRAAG, President Landraad, dari familie GALLOIS, Agent Escompto, dan dari laen-laen familie. 
Kebetoelan itoe waktoe toean EIJKEN liwat dan lihat Papa ada di loear lantas masoek kedalem omong-omong sampe kira-kira ½ djam lamanja. Dari moelai tahun 2466 (1915) Papa saban tahoen tida trima tamoe. Dari hari tahoen baroe troes sampe 12 Februari Papa ada seger, tjoema tempo-tempo soeka ada sesek. Di tahoen baroe Papa soedah djandji sama Dr. GOTTLIEB boeat bantoe bediriken roemah sakit di kota Cheribon f 10000, dan kasih pada Tiong Hoa Hwe Koan Cheribon aken beli roemah Hwe Koan f 10000, sedeng kenijatan boeat bediriken mesigit boeat orang Islam di Luwunggadjah di nijat di djadiken dalem ini tahoen 1919. Boeat bediriken mesigit Luwunggadjah soedah di nijat lama, tapi sebab ini mesigit di nijat dibikin jang bagoes boat bisa toeroet djadi perhijasan fabriek, maka moesti di pilih di bediriken di mana tempat jang deket dengen laen-laennja gedong poenjanja fabriek, tapi jang tida kwatir di blakang hari, kaloe fabriek di besarken kena kebongkar, dan sebab kita sampe di tahoen 1917 masih riboet dengen berobahan Luwunggadjah, maka kenijatan bediriken mesigit djadi di oendoerken sampe di ini tahoen dan boeat ini, sabelonnja Papa meninggal, saja moelai atoer teekeningnja. Pada hari 7 of 8 Februari saja ada panggil toekang tjoekoer dan saja soedah boeka djas-loear maoe doedoek boeat goenting ramboet, saja lihat Papa kloear, lantas saja inget brangkali Papa maoe goenting ramboet, Papa bilang laen hari sadja, sebab kepala ada koerang enak.

 Page 2 of 7
Tan Tjien Kie : Peringetan Wafatnya Majoor Tan Tjin Kie - Bagian II

 Written by Zhonghua Wenhua on 20 February 2012.

BAGIAN 2
Di hari hauw Thie-Kong (sembajang Toehan Allah) pada 8 Februari djoega Papa ada seger dan maoe toeroet sembajang. Sebab Dokter ada bilang Papa soedah ada oemoer djangan soeka tidoer kemaleman, laat-laatnja djam 10 soedah moesti masoek tidoer, maka saja soedah matoer jang itoe malem bae saja sadja jang sembajang, tapi papa maoe djoega sembajang sendiri. Kendati saja soedah minta boeat masoek tidoer doeloe dan nanti kaloe soedah temponja maoe sembajang gampang di bangoenken, Papa keras tida maoe, bilangnja badan tida koerang apa-apa dan djoega tida ngantoek. Lantas saja minta permissie boeat berbaring doeloe, sebab saja kata jang saja ada ngantoek. Papa dengen kelihatan seneng bilang baik. Tapi ini toeladan dari saja tida di toeroet oleh Papa, sebab saja lihat Papa tinggal doedoek melek sampe pada waktoenja sembajang. 
Di waktoe masih sore di itoe hari Papa ada soeroe panggil dan omong-omong di loear dengen Sianseng TAN KIM TE. Koetika toekang pat-iem soedah dateng (saban tahoen kaloe sembajang Thie-Kong ada pake pat-iem), kira-kira djam 7½, saja kloear maoe dengerken pat-iem di poekoel, saja lihat Papa doedoek sendirian, sedeng Engko (ko) KIM TE ada doedoek deket pat-iem. 
Bijasanja moelai sembajang ada lebih laat dan brentinja (bakar kertas) ada lebih lama dan lebih laat, tapi ini tahoen soepaja boeat Papa tida terlaloe malem, maka baroe djam 12 soedah moelai sembajang dan djam 1½ soedah moelai bakar kertas. 
Bijasanja Papa dari moelai sembajang sampe bakar kertas tinggal berdiri dengen soedjoed, tapi kali ini abis sembajang lantas masoek ka kamer. 
Djoega ini kali Papa sembajang ada seperti bijasa ja-itoe 3 kali koei 9 khauw-sioe (samkoei kioe khouw). Tjoema ini kali saja sama soedara GIN HAN sedija dari blakang, bantoe angkat kaloe Papa dari koei maoe berdiri.
Sebab Papa sasoedahnja sembajang lantas masoek kamer, maka kita anak-anak jang djaga medja sembajang. Sasoedahnja djam 1 saja hendak bakar kertas, sebab saja kira tentoe Papa di kamer menoenggoe tida tidoer. Tapi ini, GIN HAN tjega dan maoe tanja doeloe ka dalem. Dapet penjahoetan dari Mama jang pesennja Papa djam 1½ baroe boleh bakar kertas. Maka di djam 1½ kertas baroe moelai di bakar. 
Dari kamer Papa lagi-lago soeroe lihat medja sembajang di loear, apa lilin-lilin menjalanja ada bagoes. Di kasih penjahoetan pada Papa, jang lilin-lilin menjalanja ada bagoes, sebab sabetoelnja itoe malem menjalanja lilin ada bagoes, beda dari tahoen jang soedah, jang di malemnja sembajang ada begitoe banjak angin, sampe lilin ampat-ampatnja (bijasanja pake 4 lilin) djadi mati.
Betoel medja sembajang tida koerang apa-apa dan lilin menjalanja ada bagoes dan rata, tapi teboe kaloe orang manghadep ka medja sembajang, di sbelah kiri ada rebah. Ini teboe ada sadja jang bawa kloear boeat dibakar thungtjhie-nja (kertas pandjang), dan satoenja jang seblah kanan, soedara GIN HAN jang bawa kloear, tapi di itoe waktoe kita tidak ada jang dapet lihat. Blakang hari sasoedahnja Papa meninggal baroe ada orang bilang, jang itoe satoe teboe sebla kiri ada rebah, ja-itoe jang dapet lihat orang-orang jang berdiri dari djaoeh dan dari samping. Djoega blakang hari saja dapet denger, jang di Luwunggadjah djoega begitoe, satoe teboe sebla kiri rebah, sebab disana djoega di itoe malem ada di bikin haus Thie-Kong.
Paginja 9 Februari Papa dari koerang tidoer tida apa-apa, seger seperti bijasa. Di hari Minggoe 10 Februari Papa ada panggil toekang tjoekoer boeat goenting ramboet dan sahabisnja itoe, Papa goenting, kerik dan bikin bersih koekoe-koekoe pake tempo lama sekali, lebih lama dari bijasanja.
Di malem 14 dan 15 Februari di kota Cheribon maoe di bikin arak-arakan (optocht) tjeng-ge, maka boeat ini ada di datengken toekang-toekang kertas dari Semarang. Maka kabetoelan sekali boeat oeroesan meninggalnja Papa, ini toekang-toekang kertas ada di Cheribon. Dari keramean tjeng-ge menoeroet karempoegannja orang banjak di oeroengken, sedeng laennja keramean tahoen baroe dari itoe 12 Februari sore di brentiken.
Di straat Tjangkol ada satoe roemah besar kita, tadinja di sewa boeat hotel oleh toean Horning. Di tahoen 1918 ini roemah di minta oleh saja punja mantoe THE SIEN HOEN boeat toko dan bengkel auto pake merk Cheribonse Autodrome, tapi zonder saja tahoe SIEN HOEN rombak pintoe loear dan pintoe dalem dari hoofdgebouw di ganti dengen pintoe-pintoe jang besar-besar dan tinggi-tinggi, soepaja autos jang besar-besar bisa gampang masoek-kloear, bae dari moeka bae dari blakang dan di blakangnja itoe hoofdgebouw dibediriken satoe loods jang besar, serta kamer-kamer di bijgebouw sebla kanan di rombak di bikin kamer-kamer jang besar. Pinggirnja pekarangan di blakang, jang tadinja masih terboeka, SIEN HOEN pasang tembok, soepaja pekarangannja itoe roemah ketoetoep dengen pager tembok jang orang tida bisa masoek. Jang SIEN HOEN berdagang auto saja baroe tahoe sasoedahnja ini di bikin djadi, dan sebab dari ini saja tida rempoeg, maka saja ada toelis sama Tjhinke PIK PIEN, tapi saja tida sekali maoe kasih advies boeat bikin oeroeng apa jang soedah di bikin djadi. Di blakang hari Tjhinke dapet tahoe jang SIEN HOEN berdagang auto dapet banjak roegi, maka di boelan Januari itoe toko di brentiken dan barang dagangannja di djoela. Tempo itoe barang-barang lagi diangkati, soedah ada orang jang dateng minta sewa itoe roemah, tapi belon di kasih. Baroe sadja itoe roemah djadi kosong dan di bikin bersih, tida brapa hari lagi Papa meninggal doenia, maka itoe roemah jang ada poenja tempat jang lebar-lebar dan pintoe jang besar-besar, apa lagi itoe roemah ada deket Pasoeketan, ada kabetoelan sekali boeat tempatnja toekang-toekang kertas kerdja.
Pembelian karoeng goenie boeat goela Luwunggadjah tahoen 1918 soedah di bikin contract, tapi lantaran Handelsbank dapet kawat itoe karoeng goenie brangkali tida bisa di lever, sebab soesah dapet kapal lantaran ada perang besar di Europa sedeng giling soedah deket, maka Handelsbank kasih advies boeat selekasnja sedija sekiranja doeloe kadjang. Dari itoe lantas saja kawat beli kadjang. Sasoedahnja kadjang di beli, Handelsbank dapet kawat lagi jang karoeng goenie bisa dateng. Lantas saja kawat lagi boeat bajar karoegian dengen pembelian kadjang di oeroengken, tapi jang djoeal tjoema bisa trima boeat di oeroengken sebagian sadja. Ini kadjang saja titipken di goedangnja Piauw-moaijhoe TJAN TJOEN JONG dan saja soedah soeroe tawar-tawarken boeat di djoeal lagi, kendati dengen roegi, tapi belon sadja bisa lakoe, maka kabetoelan sekali ini kadjang bisa di pake boeat bediriken banjak taroeb-taroeb di pakoeboeran DOEKOESEMAR dan die roemah. Sebab pakenja kadjang ada banja sekali, maka kaloe moesti beli tentoe moesti di pesen doeloe jang datengnja tentoe laat.
Pada 10 Februari kita trima soerat dari Pangeran ARIO KOESOEMOJUDHO, Solo, jang atas namanja Toean Soesoehoenan ada mintaken pondok boeat soedaranja Toean Soesoehoenan, Pangeran ARIO PRABOENINGRAT, Luitenant Kolonel, dengen Raden Ajoenja, jang itoe waktoe ada di Betawi, kaloe dia-orang nanti dateng di Cheribon. Lantas di kasih kabar ke Solo dan Betawi jang kita soeka trima dengen seneng hati, sekalian di kasih tahoe jang di malem 14 dan 15 Februari di Cheribon bakal ada keramean tjeng-ge. Ini Pangeran djadi dateng pada hari Djoemahat tengah hari 14 Februari bersama anak-anak kita jang dari Betawi di panggil poelang, djadi sasoedahnja Papa meninggal. Ini Pangeran toenggoe dan berhadlir dengen berpakean officier uniform item (groot tenue) koetika Papa di masoeken peti. Tapi heran jang ini Pangeran ada bawa dari Solo dari Toean Soesoehoenan boeat Papa 2 flesch besar (flesch jenever) aer mawar dan satoe kaen pandjang, batiknja Prang Kesoemo, dasarnja item kebangnja sogan. Ini herannja ada seperti Toean Soesoehoenan soedah dapet perasaan lebih doeloe jang bakal di tinggal oleh Papa, maka itoe Pangeran ada dibawai kaen pandjang maksoednja seperti boeat roeroebnja (selimoet) djinazat dan aer mawar maksoednja seperti boeat mandinja djinazat dan boeat siram di koeboeran, maka itoe aer mawar di pake boeat menjirati djinazatnja Papa dalm peti dan lebihnja boeat menjiram koeboeran, sedeng itoe kaen pandjang toeroet di masoeken dalem peti oleh tangannja itoe Pangeran sendiri. Toean Soesoehoenan sama Papa, kendati baroe ketemoe satoe kali, tapi ada sama seperti orang jang soedah kenal dan persobatan lama. (Pembatja djangan salah mengerti. Toean Soesoehoenan saja rasa tentoe tida dapet tahoe lebih doeloe, jang Papa bakal lekas meninggal, tjoema saja maoe bilang sadja dari herannja itoe barang, kenapa bisa begitoe kabetoelan. Begitoe djoega saja heran jang Toean Pangeran ada kabetoelan bawa costuum officier item, maka dia bisa pake itoe costuum koetika berhadlir waktoe djinazatnja Papa maoe di masoeken peti).

 Page 3 of 7
Tan Tjien Kie : Peringetan Wafatnya Majoor Tan Tjin Kie - Bagian III
Written by Zhonghua Wenhua on 20 February 2012.

BAGIAN 3
Dalem tahoen 1917 Papa baroe ada kenijatan bikin sioe-hek (koeboeran di bikin kaloe orangnja masih hidoep) boeat Papa sendiri, maka pembikinan itoe sioe-hek, dimana tempat jang mana Papa doedah pilih di tanah pekoeboeran DOEKOESEMAR, moelai di kerdja di 3 October 1917. Sasoedahnja tanah di kedoek dan soedah moelai di toemboek boeat dondament, Papa ada omong-omong pada saja, jang kaloe bikin bong (koeboeran) djangan besar-besar, seperti besarnja bongnja Engkong (kong, Papa-tjang) soedah tjoekoep. Saja menjahoet jang boeat anak-tjoetjoe lebih baik di bikin siang-khong, soepaja tida makan banjak tempat. Lantaran ini omongan saja, zonder saja tahoe, Papa dapet pikiran, jang boeat Papa sendiri djoega, baik dibikin siang-khong, maka Papa berdami sama Sin-she hong-swie nama Souw Djim, dan Souw Djim kasih advies djangan siang-khong tapi “siang jan kwi tjauw”, maka itu toemboekan fondament di bongkar lagi boeat dirobah di bikin siang jan kwi tjauw. Tempo saja dapet tahoe ini, saja dapet rasa menjesel, sebab siang jan kwi tjauw ada tempat boeat orang doea, maka boeat Papa tida dapet tempat di tengah, maka lantas saja pegi mengadep pada Papa boeat hoendjoeken katrangan, jang masing-masing bong di bikin boeat doea orang, itoe tjoema baik boat anak tjoetjoe, tapi tida boeat Papa sendiri. Papa menyaoet : “Soedah, djangan pikir lagi dari itoe, sebab siang jan kwi tjauw djoega baik”. Sebab saja poenja hati masih penasaran, maka saja tjoba bitjara dari ini hal pada Sin-she Souw Djim, dan minta itoe Sin-she boeat berdami lagi pada Papa, tapi Sin-she poenja timbangan baik siang jan kwi tjauw dan Papa tetep toeroet maoenja Sin-she. Sasoedahnja itoe bong djadi pada 28 Januari 1918, baroe keliatan jang siang jan kwi tjauw ada lebih bagoes dan Papa lihat itoe banjak seneng hati, apa lagi tempatnja Papa dan Mama djadi tida djaoeh, terkoempoel deket satoe sama laen. Sebab ini sioe hek ada boeat orang doea, maka platarannja djoega ada besar. Maka djadi pantes boeat trima koempoelnja begitoe banjak orang di waktoe mengoeboer djinazatnja Papa pada 2 April 1919. Djoega kabetoelan sekali jang mengadepnja ini sioe hek ini tahoen dapet Laij-nie, djadi menoeroet pelatoeran “tee-lie” ini tahoen ada tahoennja jang ini sioe hek boleh di pake.
Kira soedah ada 20 tahoen jang kita ada simpen 2 sioepan (peti mati) dari kajoe Djatisoengoe jang loreng dan bagoes potongannja, tapi ini tida tahoe di lihat-lihat. Di pertengahan tahoen 1917 Lim To Hin ada kerdja mengetjet roemah Binarong di Luwunggadjah. Sehabisnya mengetjet saja soeroe Lim To Hin priksa, bikin betoel dan tjet dengen kantjhat itoe 2 peti mati, maka itoe peti mati di soegoe lagi boeat di bikin lebih bagoes potongannja dan boeat di bikin lebih baik poeroes-poeroesnja, lantas di tjet sa-anteronja.
Sahabisnja mengetjet pati mati, saja soeroe Lim To Hin pegi Semarang dan Soerabaja boeat tjari barang-barang jang perloe boeat rijasan peti, sebab saja kwatir lantaran ada perang itoe barang soesah dapet, tapi oentoeng apa jang perloedi pake semoeanja masih bisa dapet. Ada 2 matjem barang jang tjoekoep boeat satoe peti. Saja soeroe Lim To Hin pegi tjari lagi, tida bisa dapet, sebab apa yang ada, semoeanja soedah di beli.
Pada 12 Februari kira djam 7½ pagi Papa di tempat makan ada bitjara-bitjara sama Tan Tan Kwie.Papa tanja pegimana atoerannja orang hauw Thie-Kong di Batavia. Djoega Papa tanja dari familienja Tan Kwie, apa anak-anaknja semoea ada baik. Ini bitjaraan kira-kira ada 10 minuut lamanja.
Sahabisnja itoe kira-kira djam 8 sasoedahnja Papa makan roti, Papa ada soeroe saja poenja Njonja pegi ka roemah Pesisir boeat bikin betoel boeat pondoknja Pangeran Praboeningrat, jang bakal dateng hari Djoemahat dari Batavia.
Kira-kira djam 8 liwat Tan Kwie ada masoek lagi dapet lihat Papa maoe masoek di kamer boeat di lelesi peroetnja oleh si Mad, toekang pidjet. Kira-kira djam 11 Papa ada doedoek di loewar, tanja pada Tan Kwie itoe hari ada hari besar apa, lantas Papa lihat bendera jang di pasang, tanja apa itoe bendera tida terlaloe besar, dan djoega Papa ada bilang jang blauwnja itoe bendera soedah kotor, baik di ganti. Tan Kwie menjahoet, jang itoe bendera boeat roemah besar tida terlaloe besar, dan boeat toekar grim baroe tentoe sekarang waktoe perang soesah dapet. Di itoe waktoe Papa lama doedoek di korsi gojang di loear, kira lebih dari ½ djam.
Di waktoe makan tengahhari, ko Tan Kim Te ada toeroet makan, sahabisnja makan Papa ada bitjara dan tanja dari gamelannja Regent.
Kira djam 3 sore Tan Kwie ada masoek di dalem dan lihat Papa lagi doedoek di korsi gojang depan medja boender di tengah roemah. Papa ada tanja-tanja pada Tan Kwie dari Sin-she Lie Lian Sian, apa roemahnja ada deket sama Tan Kwie. Lantas Tan Kwie tjerita ada laen Sin-she siang-mia nama Lie A Njie di Betawi, jang soedah siang Gin Han, Bie Tjhwan, Boen Liong dan Swie Ho, semoea di siang ada tjotjog, tjoema siang Swie Ho sama sekali tida tjotjog. Papa denger itoe djadi ketawa.
Saja poenja bini poelang dari Pesisir kira djam 3 sore. Kira amper djam 5 sasoedahnja Papa minoem soesoe, minoem thee, abis tjoetji moeka, tjoetji moeloet dan tjoetji badan, dan sasoedahnja Papa doedoek di korsi deket pintoe kamernja Papa, saja poenja bini dateng mengadep, Papa tanja apa di Pesisir soedah di bikin betoel, saja poenja bini menjahoet soedah beres. Disitoe Mama lagi minoem koffie dan Papa minta sedikit sama Mama. Mama kasih kira belon ada setengah tjangkir. Baroe sadja saja poenja bini laloe dan baroe sadja Papa minoem abis itoe koffie, lantas Papa brasa sakit di oeloe hati. Di itoe waktoe saja poenja bini lagi maoe pegi ka dapoer boeat kasihken barang-barang sama djongos boeat sedijaan di Pesisir, belon djalan brapa tindak lantas Mama kaok-kaok panggil. Lantas saja poenja bini dateng, lihat Papa soedah doedoek di bangkoe kamer. Mama soeroe saja poenja bini lekas panggil si Tar, toekang pidjet, boeat menahan oeloe hati jang sakit. Sasoedahnja si Tar di panggil dateng, saja poenja bini lari kloear tjari saja boeat lekas panggil dokter. Di itoe waktoe saja bersama Tan Tan Kwie lagi priksa rekening-rekening. Lantas Tan Kwie telefoon Dokter, sehabisnja telefoon, Tan Kwie lihat lotjeng ada jam 5-10. Kabetoelan sekali itoe waktoe dokter ada di roemah dan autonja soedah siap boat bikin visite, maka tida ada ¼ djam dokter soedah dateng. Dokter tanja sakit dimana, Lantas Papa toendjoek oeloe hati jang sakit, Dokter bilang moesti di injectie pake digaleen, maka Tan Kwie lantas pegi ka Apotheek boeat ambil obat digaleen, jang bisa lantas dapet (obat dateng kira djam 5¾). Lantas dokter kasih injectie. Sahabisnja di injectie Papa brasa ada enak. Tapi dokter priksa pols, roepanja ada kwatir, maka itoe malem dia toenggoe djaga sendiri dengen panggil satoe verpleeger boeat berganti djaga pols dan kasih minoem obat. Djadi dokter sama itoe verpleeger itoe malem tinggal menginep. Serta boeat berdami panggil djoega dokter Jacque de Visser. Tempo maoe panggil verpleeger, Papa bilang tida oesah, minta di djaga oleh familie sendiri sadja. Maka itoe verpleeger djaganja di loear kamer sadja.
Kira-kira djam 8 malem dokter bilang baik Papa pindah di tempat tidoer, Dokter maoe angkat, Papa tida maoe, maka Papa djalan sendiri.
Dari moelai kena sakit sampe meninggal Papa tjoema bisa tidoer sabentar-sabentar, sebab sering-sering maoe toempah, tapi tjoema kloear slijm sadja sama aer. Kendati Papa tida bisa tidoer sampe lama, saja lihat angobnja (ngoeap) enak sekali seperti angobnja orang jang maoe dapet tidoer jang enak. Papa sampe meninggal soewaranja tinggal baik tida berobah apa-apa begitoe djoega aer moekanja, idoengnja, matanja, djoega kaloe lihat apa-apa tida mengentara sekali jang maoe meninggal. Paginja, 13 Februari, kira djam 7 dokter bilang : “Pols sekarang soedah koewat kombali dan tida kwatir lagi”. Maka dokter djam 8 minta poelang.
Kira djam 8½ pagi Papa bangoen dari tempat tidoer, pindah di korsi pandjang, tapi tida lama pindah lagi ka tempat tidoer. Kira djam 9 Papa minoem soesoe, abis stengah tjangkir besar. Kira djam 11 Papa makan boeboer abis 5 sendok makan. Kira djam 12 Papa minoem serbat (aer djeroek pake stroop dan ijs), jang dengen rempoegnja dokter dibikinken soepaja seger. Papa minoem kira abis amper ½ glas dan Papa bilang enak minoem itoe serbat, rasa seger. Kira djam 12½ Papa brasa lagi oeloe hatinja ada sakit tapi tida keras dan minta di borei (minjak) Dji-ie-joe, dan minta di pijetin soepaja bisa tidoer. Kira djam 1 Papa di kasih makan potongan-potongan ijs, Papa tanja boeat apa, di bilang di soeroe oleh dokter boeat menahan djangan sampe maoe sering-sering toempah. Itoe soesoe dan boeboer jang soedah di makan tida kloear lagi. Kira-kira 15 minuut sabelonnja Papa meninggal, Papa sendiri minta minoem lagi itoe aer djeroek sama stroop en ijs dan kira 10 minuut sabelonnja Papa meninggal Papa minoem itoe serbat dan Papa bilang lagi rasa enak dan seger minoem itoe, maka bermoela minoem sedikit, Papa minta lagi sampe abis lebih dari ¼ glas. Abis itoe Papa rebahan lagi. Abis Papa minta bangoen lagi, bilangnja maoe kentjing. Soepaja kaloe bangoen, Papa tida pake banjak kekoeatan, soepaja djantoeng tida banjak bergerak, maka kaloe Papa bangoen di bantoe oleh orang jang djaga. Di itoe waktoe jang ada di tempat tidoer Mama dan soedara Ho Lie Nio, jang bantoe bangoenken Papa dari sebla kanan dan kiri. Teehoe Gin Han (njonja Gin Han) jang lagi ambil tempat kentjing soedah ada di deket tempat tidoer, sedeng saja poenja njonja baroe maoe masoek ka itoe kamer. Baroe Papa doedoek di tempat tidoer, lantas Papa kapalanja melende di dadanja Mama jang ada di samping kiri dan teroes meninggal zonder ada soewara apa-apa, tjoema mata lihat sakedjep ka atas lantas toetoep boeat selamanja. Djadi Papa meninggalnja ada dengen doedoek dan ada di tangannja Mama. Kaloe sahandenja Papa tida minta bangoen, brangkali waktoenja Papa meninggal tida ada jang tahoe, sebab meninggal jang begitoe gampang tentoe tida bisa lantas orang dapet tahoe, apa lagi tentoenja tida ada jang kira jang Papa bakal meninggal. Djoega sahandenja Papa meninggal di laen waktoe, tentoe tida begitoe kabetoelan jang semoea familie-deket ada berkoempoel, sebab Mama, saja poenja bini, soedara Ho Lie dan teehoe Gin Han, di bagi boeat djaga siang dan malem. Di itoe waktoe saja ada di loear, lari masoek kamer, lihat Papa masih bersender di dadanja Mama. Itoe waktoe saja kira Papa tjoema pangsan, tapi sabetoelnja soedah meninggal, sebab badan semoea masih tinggal anget dan peroet masih empoek. Sampe djam 5 sore tempo Papa di bikin bersih Papa poenja badan masih tinggal anget dan lemes.

 Page 4 of 7
Tan Tjien Kie : Peringetan Wafatnya Majoor Tan Tjin Kie - Bagian IV
Written by Zhonghua Wenhua on 20 February 2012.

BAGIAN 4
Djadi Papa meninggalnja pada tanggal 13 Februari 1919 (13 Tjhia-gwee Phia-in, tahoen kie-bie 2470 atawa 12 Djoemadilawal 1849-1337), hari Phia-sin Kemis Wage, djam 1½ tengahhari Ka-ngo-sie, tjotjog dengen waktoenja bakar kertas tempo sembajang Thie Kong, jang Papa sendiri jang tetepken, tjoema bedanja sijang dan malem sadja. Dan itoe tanggal 13 Tjhia-gwee ada lahirnja Kwan Seng Te Koen. (Hari-lahir jang betoel dari Kwan Seng Te Koen, jang orang baroe tahoe di djaman Beng (Beng-Tiauw) ada di 24 Lak-gwee. Sabelonnja itoe dengen firmannja Keizer dari djaman Song, di tetepken boeat di rajaken pada 13 Tjhia-gwee, dan ini 13 Tjhia-gwee sebab soedah berdjalan beratoes-ratoes tahoen, maka sampe sekarang troes saban tahoen di pake merajaken Kwan Seng Te Koen di dalem gredja-gredja dan peroemahan-peroemahan, jang ada menjembajangi itoe afgod besar. Sebab 13 Tjhia-gwee dan 13 Gouw-gwee, doea-doea, orang soeka seboet “Te Koen She” maka ada jang kliroe kira, jang 13 Tjhia-gwee ada hari lahirnja Kwan Tjin Koen (Kwan Peng Tjin Djin). Sedeng 13 Gouw-gwee ada hari lahirnja Kwan Seng Te Koen, tapi ini kiraan ada salah, sebab 13 Gouw-gwee ada betoel-betoel hari lahirnja Kwan Tjin Koen)
Papa ada di lahirken di hari 25 Dji-gwee It-bauw, tahun Kwie-thoe 2404 atawa tahoen Blanda 1853, hari Khe-tjoe Minggoe Pon, djam 12 tengah hari Djiem-ngo-sie, mendjadi Papa sampe meninggalnja masoek oemoer 67 tahoen dan makan oemoer amper 66 tahoen.
Dari 12 Februari sore semoea familie soedah koempoel, maka waktoe Papa meninggal semoea ada : Bini, soedara, anak, mantoe, keponakan, mantoekeponakan dan laen-laennja lagi. Sahabisnja baroe meninggal banjak sobat-sobat jang dateng, antara mana : familie The Wie Tiong, familie Tan Kong Boen, familie Oey Tek Liem dan laen-laen. Djoega familie Eijken, Assistent-resident, familie Johan, Controleur B.B., familie dari kraton-kraton Cheribon, ambtenaar-ambtenaar boemipoetra, Luitenant Arab, orang-orang Arab dan laen-laennja lagi ada dateng di itoe sore atawa besok paginja. Resident dengen njonja datengnja di laen hari, sasoedahnja Papa masoek peti.
Djinazatnja Papa di seka di dalem kamer, pada waktoe kira-kira djam 5 sore, sasoedahnja baroe di pindah ka thia (zaal).
Pada hari Djoemahat 14 Februari kira djam 4 sore Papa pindah ka atas peti, dan di sitoe di pakei sioe-ie (pakejan mati) dan sasoedahnja di sembajangi, kira djam 5 sore baroe masoek peti dan djam 6 baroe selesi semoea.

Pada 19 Tjhia-gwee (19 Februari) sore (moelai sembajang djam 7½ sore, bakar kertas djam 11 malem) di bikin sembajang 7 hari (tjo-tjhiet) di moeka peti.

Pada 22 Tjhia-gwee sore djam 7 peti di pindah ka samping, oleh 40 orang Hok Sioe Hwe dengen berpakean thungsha poetih, sebab maoe kia-leng.

Pada 23 Tjhia-gwee sore (moelai sembajang djam 7½ sore, bakar kertas djam 11 malem) di bikin sembajang Seng-hok.

Pada 1 Dji-gwee sore (moelai sembajang djam 7½ sore, bakar kertas djam 11 malem) di bikin sembajang Twa-soen.

Pada 5 Dji-gwee sore (moelai sembajang djam 7½ sore, bakar kertas djam 11 malem) di bikin sembajang Sio-Soen.

Pada 10 Dji-gwee sore (moelai sembajang djam 7½ sore, bakar kertas djam 11 malem) di bikin sembajang Sio-Soen.

Pada 15 Dji-gwee sore (moelai sembajang djam 7½ sore, bakar kertas djam 11 malem) di bikin sembajang Twa-soen.

Pada 20 Dji-gwee sore (moelai sembajang djam 7½ sore, bakar kertas djam 11 malem) di bikin sembajang Sio-soen.

Pada 25 Dji-gwee sore (moelai sembajang djam 7½ sore, bakar kertas djam 11 malem) di bikin sembajang Sio-soen.

Pada 30 Dji-gwee sore (moelai sembajang djam 7½ sore, bakar kertas djam 11 malem) di bikin sembajang Twa-soen.

Pada 2 Sha-gwee sore (moelai sembajang djam 7½ sore, bakar kertas djam 11 malem) di bikin sembajang besar.

Pada 5 Sha-gwee sore (moelai sembajang djam 7½ sore, bakar kertas djam 11 malem) di bikin sembajang Sio-soen.

Pada 10 Sha-gwee sore (moelai sembajang djam 7½ sore, bakar kertas djam 11 malem) di bikin sembajang Sio-soen.

Pada 14 Sha-gwee sore (moelai sembajang djam 8 sore, bakar kertas djam 3 malem, sasoedahnja troes Tie-leng) di bikin sembajang Tie-leng.

Selaennja sembajangan besar terseboet diatas, saban hari 3 kali dibikin sembajangan ketjil dan menjalanja hio sampe tie-leng troes siang malem tida sampe mati.

 Dari Februari ada banjak oedjan besar-besar, lantas bebrapa minggoe tinggal kering dan dari tanggal 24 Maart troes April dan Mei ada banjak oedjan besar-besar, jang sering-sering antero hari of antero malem troes oedjan. Tapi selamanja di waktoenja bakar kertas, tida tahoe dapet halangan dari oedjan.
Djoega heran jang selamanja Papa triema tetamoe di hari ka satoe dari tahoen baroe, baik siang, baik di waktoe sore, berpoeloeh tahoen, saja inget tida tahoe dapet halangan dari oedjan. Papa bijasanja di hari tahoen baroe trima Resident, Regent, ambtenaar B.B. dan laen toean-toean, doea kali, satoe kali siang djam 10, tjara officieel, dan ka doea kalinja dengen njonja di waktoe sore djam 7, tjara receptie sore. Di blakang kali, 2 of 3 tahoen, Papa tjoema trima tetamoe di waktoe sore dan moelai tahoen 1915 Papa tida trima tetamoe, ada doea kali tahoen baroe, jang di waktoe sore antara djam 6-8 ada oedjan besar. Maka sehandenja doeloe tempo tahoen baroe trima tetamoe ada oedjan besar tentoe boeat datengnja tetamoe ada halangan, apa lagi sebab itoe tetamoe toean-toean ada berpakean ada berpakean item dan njonja-njonja ada berpakean bagoes, sedeng datengnja Resident pada djam 10 pagi, kretanja geescorteerd (di grebeg) oleh desa-hoofden (koewoe-koewoe) neak koeda onder commando dari Ass. Wedana of Wedana. Di blakang kali sasoedahnja Resident tida pake lagi songsong (pajoeng) mas, baroe itoe escorte tida di pake.
Djoega mengheranken jang sahabisnja Papa meninggal, sabelonnja di koeboer, Sri Padoeka Toean W.J. Oudendijk, jag di angkat djadi Nederlandsche Gezant di Tiongkok, dari perdjalanannja boeat pegi ka Tiongkok ada singga di Batavia boeat ketemoe sama Sri Padoeka Jang Dipertoean Besar di Bogor. Toean Oudendijk ada kenal baik sama Papa. Tambahan Sri Padoeka Toean Graaf van Limburg Stirum ada mengenal djoega sama Papa, maka tentoe dari oendjoekannja Zijne Excellentie Oudendijk dengan poetoesannja Zijne Excellentie Gouverneur Generaal, dan moefakatnja Kandjeng Resident Cheribon, maka pengoeboeran djinazatnja Papa dapet kahormatan militair.
Boeat kahormatannja kematian, semoea di pake oleh familie pelatoeran tjara koeno, jang sebrapa boleh di toeroet oleh Nabi dan Wali, dan apa jang soedah djadi adat-biasa dari doeloe, maka sembajangan di atoer tjara koeno dan boeat familie pake pakean waring dan kaen menta, semoea di toeroet tjara doeloe koetika Papa mendjalanken kewadjibannja waktoe Engkong wafat.
Sabegitoe banjaknja tempo, dari bermoela sampe pengabisan, djadi lebih dari 2 boelan, selaloe di pake boeat kasedihan dan boeat mengoeroes kematian. Pakerdjaän jang laen, di kesampingken. Familie mendjaoehi segala perhijasan badan dan doedoek di bawah pada waktoe djaga djinazat, waktoe djaga peti djinazat dan waktoe djaga medja sembajang. Di dalem zaal jang ada peti djinazat dan medja sembajang, semoea medja korsi di laloeken.

Page 5 of 7
Tan Tjien Kie : Peringetan Wafatnya Majoor Tan Tjin Kie - Bagian V

 Written by Zhonghua Wenhua on 20 February 2012.
BAGIAN 5

Sebab manoesia tida bisa berboeat dan berdjalan baik zonder kasihannja Allah, maka dari kasihannja Toehan Jang Maha Kwasa dan dari redjekinja Papa, maka anak-anaknja, mantoe-mantoenja, dan familienja bisa beroentoeng mendjalanken kewadjiban dengen betoel.
Mingkin deket harinja koeboer, mingkin njata, jang hari koeboernja Padoeka Papa bakal dapet kahormatan jang besar sekali.
Di tempat koeboeran, di gedong Pesisir dimana lagi di rijas kreta mati, di rumah Tjangkol dimana lagi di bikin kreta aboe dan laen-laen, dari masih djaoeh harinja koeboer, saben hari orang jang dateng nonton beratoes-ratoes dari segala bangsa.
Di hari 31 Maart soedah banjak orang dari mana-mana tempat jang dateng di kota Cheribon.
Di hari 1 dan 2 April kota Cheribon soedah djadi penoeh sama orang. Sewaännja kandaran soedah djadi begitoe tinggi, jang kahar soedah naeken harga sewanja 8 kali of lebih dan auto 4 kali of lebih dari bijasa, sebab kahar jang bajarannja dari station 25 cent naek sampe ƒ 2,-, jang bijasanja ke Tambak 75 cent naek sampe ƒ 7,50 dan auto ka Koeningan bijasanja ƒ 20,- naek sampe ƒ 80,- of lebih, maka banjak kahar di hari 1 dan 2 April, jang bisa ganti koeda, bisa dapet sampe ± ƒ 50,- per kahar per hari, maski begitoe masih ada banjak orang jang dari laen tempat, jang bisa bajar, tida bisa dapet kandaran, kepaksa moesti djalan kaki. Hotel-hotel begitoe djoega. Seperti hotel Tiong Hieng di straat Pekalipan bijasanja ƒ 1,- boeat satoe orang, di itoe waktoe di naeken sampe ƒ 10,- dan bajaran di minta lebih doeloe dan satoe kamer di djandji di isi 4 orang. Di hotel Blanda ada satoe jang di reken ƒ 15,- saorang dengen satoe kamer di isi banjak orang. Kapitein Lim Joe Tiang dari Magelang ada dapet mondok di hotel Hollandia, tapi temen-temennja (jang tjerita tida tahoe nama-namanja tapi dia kira ada temennja Kapitein Lim Joe Tiang) jang tida bisa dapet tempat di kota Cheribon, ada sewa auto pegi tjari tempat di Sangkanhoerip dan laen tempat, dan sebab disitoe djoega soedah penoeh, maka dia djalan teroes ka Koeningan dan disana dia dapet di hotel Flora satoe kamer di isi 5 orang dengan dia kena bajar sewaännja satoe auto boeat satoe kali djalan ƒ 80,-
Tetamoenja Keng Liong Tjan, ja pegi menginep di Sangkanhoerip kena bajar sewa auto jang sekali djalan ƒ 30,-. Maka itoe pagie 2 April dari sabelonnja djam 4 pagi soedah ada banjak auto jang pegi ka Koeningan boeat ambil orang-orang, jang ada menginep di masing-masing tempat di sitoe.
Kreta api S.S. dan S.C.S. lantaran tida tjoekoep kreta orang, ada pake kreta barang (kreta G jang ketoetoep dan kreta H jang terboeka) boeat bawa orang. Itoe trein-trein dari S.S. dan S.C.S., jang di itoe 2 hari di tambah pandjang sekali dengen banjak kreta lagi, saban-saban penoeh dari orang, sampe banjak orang dalem trein moesti berdiri. Toean C.Y. Ypma, Adjuct Inspecteur S.C.S., ada tjerita jang orang begitoe banjak, belon tahoe djadi. Dia djoega dalem roemahnja lantaran hotel-hotel penoeh, ada kasih pondok pada bebrapa toean-toean S.C.S. dari Tegal. Dia bilang sajang tida ada orang jang bikin loods-loods pondokan, jang tentoe bisa dapet oentoeng besar. Tapi siapa bisa kira bakal djadi begotie banjak orang. Dia taksir banjaknja orang ada lebih dari 200000. Dia djoega ada bilang di hotel-hotel banjak jang moesti tidoer di medja korsi. Tjhinke Kwee Ping Wie tjerita, koetika dia naek spoor boeat dateng di Cheribon, di kreta api penoeh orang berdesek-desek dan di sala-satoe station dapet denger station chef lagi telefoon minta di kirim 11 kreta lagi.
Sampe dengen kreta api jang dateng di hari 2 April djam 11 siang (djadi sasoedahnja begrafenisstoet berdjalan) masih ada banjak njonja-njonja (orang laki tida oesah di tjerita lagi) jang dateng, dan ini njonja-njonja ada troes berdjalan kaki ka Doekoesemar boeat menjoesoel djalannja stoet, lantaran tida ada kahar.
Di malem 1 ka 2 April di kota Cheribon kakoerangan tempat boeat orang tidoer. Amper semoea roemah ada penoeh familie dan sobat-sobatnja jang dateng mondok dari djaoeh-djaoeh, seperti Luitenant The Wie Tiong ada tjerita jang dia sendiri ada kedatengan banjak familie jang mondok, sedeng di roemahnja Luitenant The Han Tong penoeh familienja dari Pekalongan sampe boeat tidoer moesti di atoer prampoean sama prampoean dan lelaki sama lelaki, sedeng anaknja Luitenant The Han Tong sendiri moesti di pondoken sama laen familie. Tida ada abisnja kaloe dengerken masing-masing orang tjerita, jang ada kepondokan orang-orang dari, dari Bandung dari Soerabaja enz. Seperti Sianseng Lim Liong Eng ada kepondokan tetamoe-tetamoe dari Grisee Soerabaja, Njonja Jap Tjhian dalem roemahnja jang ketjil ada kepondokan 2 njonja dari Kebajoeran, 1 njonja dari Kedoeng-Gede, 2 njonja dari Krawang, 1 njonja dari Batavia dan 7 njonja dengen anak dari Tegal, djadi djoemblah 13 orang, dan njonja Gan Wie Djien, jang djoega roemahnja ada kepondokan banjak njonja-njonja jang dia belon kenal, di blakang hari ada trima barang persent 2 kaen Pekalongan dari satoe njonja jang bekas mondok di roemahnja.
Roemah-roemah perhimpoenan di mintai tempat menginep oleh orang-orang Tiong Hoa jang dateng dari djaoeh-djaoeh, jang mampoe boeat bajar hotel tapi moendar-mandir tjari pondokan tapi tida dapet, maka itoe orang-orang Tiong Hoa, sebab tida ada laen, melengken di kasih tidoer di tiker-tiker sadja, seperti di roemah perhimpoenan Kian Gie Hwe Koan ada trima kira-kira 50 orang njonja-njonja Tiong Hoa dari Tegal, Tandjoeng, Bandjaran, Slawie, Kali-erang, Boemiajoe dan laen tempat, jang lelaki di tolak; dan di roemah societeit Bian Hap Hwe ada kasih menginep pada ± 30 orang Tiong Hoa lelaki perampoean dari Tegal, Tjomal, Pekalongan, Magelang dan Djokja. Tapi masih ada brapa banjak orang jang tida dapet pondokan, lantaran tida bisa tjari tempat, sampe orang tjari tempat di Tjilimoes, Koeningan dan di tempat-tempat pemandian di itoe djalan ka Koeningan. Orang-orang Blanda dari laen tempat jang dateng boeat lihat hari koeboernja Papa ada banjak djoega, djoega ada officier-officier militair dari Bandoeng dan Tjimahi. Di hotel-hotel banjak jang moesti tidoer di atas medja dan di korsi, lantaran tida kebagian tempat. Jang dateng dengen auto, banjak jang tidoer di dalem auto, sebab dari Bandoeng, Tegal, Pekalongan ada banjak auto jang dateng dari orang Blanda, Tiong Hoa dan laen bangsa, djoega saja denger ada auto dari Tjiandjoer dan laen-laen tempat. Dan ini auto-auto ada banjak jang menginep di pinggi djalan.
Sianseng Lim Kwat Tjiang (sekarang soedah djadi Luitenant) dari Djamblang ada tjerita, jang pada 2 April pagi djam 6 dia soedah brangkat dari Djamblang, lihat sepandjang djalan penoeh orang jang berdjalan ka Cheribon, sampe dia poenja auto moesti jalan plahan dan dia dapet lihat trein S.C.S. jang lagi berdjalan di samboeng begitoe pandjang dengen kreta-kreta barang di tarik oleh 2 locomotief, semoea penoeh diisi orang, sampe banjak jang moesti berdiri. Itoe 2 locomotief keliahtan ampir tida koeat boeat tarik. Dia bilang di Djamblang, Ploemboen, Plered enz. di itoe hari tida ada pasar.
Pasar-pasar dalem kota semoea kosong, tida ada orang djoealan, melengken di pasar Balong, jang di lewati begrafenisstoet, ada orang djoealan makanan dengan harga jang kliwat mahal dan itoe pasar Balong ada penoeh dari orang nonton. Djangan lagi pasar-pasar di kota; pasar-pasar di loear kota, seperti soedah di trangken di atas, djoega djadi kosong. Di kampoeng-kampoeng Tionghoa di loear kota dan straat-straat dalem kota jang tida di lewati begrafenisstoet, semoea roemah-roemah di toetoep, tida ada orangnja, maka ada orang kata, kaloe kedatengan rampok begimana, tapi di itoe waktoe tentoe tida ada jang maoe inget pada itoe
Bebrapa orang dari Djamblang ada tjerita, jang sasoedahnja sangseng (anter ka koeboer) dia kombali ke Djamblang, lihat di sana kesana-kemari masih begitoe sepi, sampe dia dapet perasaän tida enak, rasa soenji di pikiran.
Kota Cheribon belon tahoe lihat datengnja orang begitoe banjak seperti di itoe waktoe, jang banjaknja orang ada berlipet-lipet lebih besar dari karamean waktoe moeloed, kaloe pelal pandjang djimat kloear, berlipet-lipet lebih besar dari karamean pesta Radja, di karamean Tjapgouwme dan di karamean apa djoega. Pendeknja kota Cheribon belon perna kadatengan orang begitoe banjak dari segala bangsa, seperti waktoe djinazatnja Papa di koeboer. Maski orang ada begitoe banjak dan diantaranja ada banjak jang koerang makan dan koerang tidoer, tapi dari kasihannja Toehan Jang Maha Kwasa semoeanja ada slamet, tida ada kedjadian katjilakaän sewatoe apa.
Di djalanan jang di liwati stoet, orang-orang djoealan ijs di djoeal abis dengen harga mahal, ada djoeal aer per gelas 10 cent dan waroengan ada djoeal aer per kendi ƒ 1,-
Kira djam 11 siang di djalan-djalan soedah tida ada makanan lagi, semoea makanan soedah di djoeal abis.
Page 6 of 7

BAGIAN VI
Di Doekoesemar ada banjak waroengan makanan, jang barang makanannja di djoeal dengen harga mahal, seperti sapintjoek nasi jang harga bijasa tjoema 1 cent di djoeal boeat 10 cent ka atas. 
Di moeka boei-baroe ada tanah kosong. Disitoe koewoe manten dari desa Pekalipan bikin tribune di toetoep atep (panggoeng pake tingkat-tingkatan dari bamboe) boeat orang nonton, dengen harga tempat 25 sampe 50 cent menoeroet tempatnja di tingkatan atas atawa bawah. Sabelonnja tribune ini abis di bikin, semoea tempat soedah di djoeal abis. Pada sabelonnja 2 April orang beratoes-ratoes minta tempat lagi, sampe itoe tribune di tambah lebih besar lagi dengen ambil bajaran 3 kali lebih mahal, tapi masih koerang, maka di toeloeng dengen korsi-korsi, jang itoe koewoe dapet sewa lagi dengan amat berat sampe 75 cent, jag koewoe bajar boeat satoe korsi. Disitoe boekan sadja orang Tiong Hoa dan Boemipoetera jang doedoek nonton, tapi banjak orang Europa.
Djoega banjak orang naek di poehoen-poehoen, jang ada di sepinggir djalan, boeat dapet lihat. Boekan saja toean-toean Europa tapi ada bebrapa njonja-njonja of nona-nona Europa jang toeroet naek di poehoen-poehoen. Di loteng-loteng (lauwteng, bovenverdieping) dari roemah-roemah sepandjangnja djalan ada penoeh dengen penonton. Djoega di djalan ada banjak orang Europa jang pegang Camera dan kodak (pekakas boeat ambil gambar). Toean Pijttersen, agent Linde Tevest Tegal, ada maoe kasih saja beberapa gambar dari begrafenisstoet, jang itoe hari dia sendiri ada ambil.
Di itoe 2 April sampe di waktoe sore masih ada banjak orang di djalan, jang menoenggoe liwat kombalinja stoet sebab dia kira jang kombalinja dari koeboeran djoega pake oepatjara, sedeng kombalinja tjoema pake kreta. Di kali moeka kebon Tambak ada banjak orang nonton kedjeboer di kali (ini kali tida dalem), lantaran kaoesir oleh agent politie Blanda, jang djaga soepaja di tengah djalan tinggal vrij boeat djalannja stoet, tapi tida ada katjilakaän apa-apa. Kapitein Khouw Oen Hoeij dari Betawi, jang ada deket disitoe dengan Sianseng Tan Taij Hok Cheribon bersama Luitenant Thung Tjoen Ho dari Bogor, Sianseng Tan Tek Haij dari Lampegan dan laen-laen lagi, kaget kira ada orang mengamoek dan Kapitein Khouw Oen Hoeij tjerita jang doeloe koetika Papanja (Luitenant Khouw Tjeng Ke) di koeboer, ada orang ngamoek, sampe ada 7 orang jang mati. Ini menoeroet tjeritanja Engko Tan Taij Hok
Di 1 April malem dari moelai djam 7 sore, kendati di djaga politie, soedah ada banjak orang prampoean dari segala bangsa jang bisa masoek di roemah kematian, dan diantara itoe orang-orang prampoean, ada jang mengenal, ada djoega njonja-njonja dari Betawi dan laen tempat jang djaoeh-djaoeh, jang ada familie dari orang-orang kaja. Orang lelaki jang bisa masoek tida banjak, sebab orang lelaki di tahan lebih keras oleh politie. Mingkin malem roemah kematian mingkin penoeh dari orang, dan jang bikin orang heran, jang orang jang ada di sebla moeka, kendati berdiri djam-djaman tida ada nijatan boeat poelang, seperti ketarik oleh kekoeatannja peti mati, jang dia lihat zonder merasa bosen of tjape, sampe saban-saban kepaksa moesti di minta moendoer soepaja jang laen bisa madjoe. Itoe malem dari sore sampe deket pagi di roemah kematian masih penoeh orang. Kira amper djam 2 malem, saja tjoba maoe tidoer boeat sabentar, tapi tida bisa, sebab di moeka kamar saja, masih ada banjak njonja-njonja; dan saja tjari-tjari tempat jang sepi asal boeat bisa bebaring sadja, tapi tida bisa dapet, sebab dimana-mana saantero besarnja roemah ada banjak orang sadja. Di itoe waktoe amper djam 4, di straat masih penoeh orang, maka di itoe malem ada banjak orang jang tida tidoer, sebab antero malem sampe pagi straat Pasuketan dan Kanoman tinggal penoeh orang. Dan saja denger, di mana-mana straat di kampoeng Tionghoa ada banjak orang tidoer di stoep-steop (gimkhi-gimkhi). Familie kita itoe malem amper semoea tida ada jang tidoer. Pangeran Raardja-dirdja dari kraton Katjerbonan, mertoeanja Regent Cheribon, Raden Adipati Aria Salmon Salam Soerja Di Ningrat, ada tjerita jang di itoe malem sampe di straat Katjerbonan ada banjak orang dan kadengaran swara auto sampe pagi dan dia ada kedatengan djoega banjak kenalan dari djaoeh-djaoeh, dan di itoe malem dia poeles seperti tida poeles, dapet mengimpi ketemoe sama Papa jang ada berpakejan djas item dan tjelana poetih, ada di roemah besar dan bagoes, jang dia tida kenal dimana, tapi Papa ada kasih tabe slamet tinggal padanja, lantas Papa masoek dalem itoe roemah. 
Kira djam 1 malem, peti mati di angkat oleh 40 orang Tionghoa, jang pake thungsha poetih, di pindah di tengah, dan medja-medja sembajang di pasang di depannja. Kira belon djam 6 pagi soedah moelai sembajang, dan sebab ada banjak orang jang toeroet sembajang dan moerid-moerid sekolah Tiong Hoa Hwe Koan Cheribon, Tiong Hoa Hwe Koan Waled dan Tiong Hoa Hwe Koan Djamblang ada njanjiken di moeka medja sembajang njanjian-njanjian jang sedih, maka sampe amper djam 9 orang sembajang baroe slesi. Menoeroet programma brankatnja begrafenis di tetepken pada djam 9 pagi, tapi amper djam 10 baroe bisa brankat, lantaran lama toenggoe datengnja kreta mati. Kandjeng Toean dan Njonja Resident dan Ambtenaar-ambtenaar serta toean-toean particulier dengen njonja-njonja dari kira djam 8½ soedah koempoel, begitoe djoega wakilnja Sripadoeka Toean Soesoehoenan, Toean Pangeran Ario Mangkoediningrat, Major b/d generale staf dan Toean Consul Generaal dari Tiong Kok. Djoega barisan militair jang ada di loear dari sabelonnja djam 9 soedah sedija. Di itoe hari atas prentahnja Pembesar Negri djalan-djalan jang di liwati stoet dari djam 7 sampe stoet soedah meliwati di toetoep boeat auto, kreta, fiets, kahar dan grobak. Djoega orang djalan tida boleh di tengah.
Di sepandjangnja djalan kanan-kiri dari roemah kematian sampe di Tambak saban 20 meter bediri satoe agent politie dan jang ikoet sama stoet di atoer kanan dan kiri saban 10 meter ikoet berdjalan satoe politie, maka 600 politie dari district-district dan desa-desa di datengken di kota Cheribon.
Dienstnja (djalannja) autobus dari kota ka Koeningan dan dari Koeningan ka kota di robah.
Kawat-kawat dari telefoon di naeken ka atas atawa di potong (di bikin poetoes) boeat sabentaran.
Bank-bank dan kantoor-kantoor itoe hari di toetoep, begitoe djoega toko-toko.
Di dalem tempo banjak oedjan, oentoeng jang di hari 1 April tjoema oedjan sabentar di waktoe lohor, tjoema boeat bikin basa straat sadja dan di hari 2 April antero hari di kota terang. Sebab mata-hari ada terang, maka boeat orang sangseng ada panas, tapi bagoes boeat filmopname, sebab keramean di itoe hari di bikin film.
Banjaknja auto di itoe hari dari tetamoe jang dateng di roemah kematian boeat sangseng ada memenoei straat dari pengkolan Pasewan sampe penkolan Talang.
Auto-auto, kreta-kreta dan kahar-kahar jang ada berdjalan di blakang kreta mati pandjangnja ada 2 paal, sebab toean Razoux Kuhr bilang, kreta mati soedah djaoeh liwat boei-baroe, kandaran-kandaran kelihatan di Spoorbaan S.C.S. belon poetoes.
Bangsa Tiong Hoa amper semoea lelaki baik prampoean djalan kaki. Djoega ada bebrapa toean-toean Europa jang berpakejan item dan bebrapa njonja-njonja Europa toeroet djalan kaki. Djoega jang toeroet anter djalan kaki ada banjak toean-toean Prijaji dan toean-toean bangsa Arab.
Pandjangnja oepatjara dari Khaij Louw Sin sampe kreta mati ada 800 meter. 
Kreta mati sampenja di tempat pakoeboeran kira-kira liwat djam 12 tengah hari. Koetika kreta djinazat meliwat, banjak toean-toean Europa jang beradat sopan jang ada menonton di pinggir-pinggir djalan, boeka dia poenja topi dan ada banjak njonja-njonja Tiong Hoa jang soeka membri hormat angkat dia poenja doea tangan lantas paij (sodja).
Djoega di itoe waktoe koetika kreta djinazat sedeng meliwat, semoea orang ada dijem dan saja dapet denger jang dari sebla moeka, brangkali dari liat angkernja Khaij Louw Sin djoega semoa dijem, tida ada yang bersoewara keras.
Besar sekali penglihatannja (indrukwekkend) koetika peti djinazat di bawa kloear di tangisi oleh familie, troes dengen tjepet zonder ada soewara di kasih naek di atas kreta, jag ada perak-peraknja peti berkilat ketjorot oleh mata hari, lantas barisan militair kasih salvo, sedeng satoe koempoelan boeroeng (orang taksir kira ada 50 boeroeng) terbang berkali-kali poeter-poeter di atas peti. Ini boeroeng aneh sekali, ada jang bilang boeroeng tepekong ada jang bilang boeroeng dedali, ada jang bilang boeroeng katjer. Mana jang betoel saja tida tahoe, sabeb saja sendiri tida banjak mengenal boeroeng, maka saja tida tahoe apa boeroeng tepekong dan dedali bisa njanji begitoe njaring dan sedih dan apa boeroeng katjer bisa terbang bepoeter seperti di itoe hari. Sabegimana saja tahoe boeroeng katjer tida bisa terbang tjara begitoe dengen banjak temenja rame-rame. Itoe boeroeng-boeroeng jang terbang di atas peti ada troes (tida brenti) njanji rame sekali, sedeng terbangnja di atas peti moeter seperti djalannja angin poejoe. Roepanja dia kloear dari poehoen asem, jang ada di pinggir djalan, sebab sasoedahnja dia terbang lama, saja lihat dia masoek di dalem poehoen, jang sabentar lagi kloear lagi dari itoe poehoen dan terbang lagi di atas peti. Bisa djadi djoega ada lebih dari satoe rombong, djadi berganti-ganti, satoe rombong masoek laen rombong kloear, sebab ini permaenan ada berdjalan lama sekali, dan tida takoet boenjinja senapan. Saja sendiri ada lihat itoe boeroeng-boeroen terbang dan setengah mengawasi koetika itoe boeroeng masoek dan kloear dari poehoen asem, tapi saja tida bisa bilang itoe boeroeng ada matjem apa, sebab saja tida bawa katja mata, apa lagi boeroeng lagi terbang tentoe soesah boeat bisa di liat terang, djoega di dalem poehoen asem jang ada banjak daon, tida bisa keliatan. Itoe boeroeng-boeroeng terbangnja tida djaoeh, tida ada brapa meter di atas peti, tapi sebab doedoeknja peti sendiri soedah tinggi maka di kira tingginja itoe boeroeng terbang ada 5 meter. Sabetoelnja seperti hauwlam, saja poenja mata moesti selaloe ada di peti, tapi sebab kabesarannja di itoe hari ada loear bijasa, maka tida bisa tida saja moesti goenaken saja poenja mata dan koeping boeat dapet lihat dan denger apa jang ada dan kedjadian di itoe hari, soepaja saja bisa bikin tjatetan boeat jang teroetama peringetannja saja sendiri. Maka koetika kreta djinazat berdjalan, dimana saja sendiri ada di sampingnja, maski saja merasa maloe pada diri saja sendiri, tida oeroeng saja poenja mata dari blakangnja toedoeng dari kaen waring tempo-tempo lihat ka kanan dan ka kiri. Djoega saja merasa maloe, jang saja dengen familie di ambil potretnja koetika ada di samping kreta lajon, di samping peti-djinazat dan koetika ada di koeboeran, sebab ambil potret dengen familie teratoer ada lebih setoedjoe (mirip) dengen perkara kasenengan, tapi sebab menimbang jang kabesarannja itoe waktoe-waktoe haroes vereeuwigd (soepaja bisa tinggal slamanja) maka saja toeroet sadja apa jang soedara Gin Han hendaki.
bersambung ke bagian VII
Budaya-Tionghoa.Net |Mailing-List Budaya Tionghua
SUMBER TAUTAN [ http://budaya-tionghoa.net]