Peringetan Wafatnya Majoor Tan Tjin Kie
Budaya-Tionghoa.Net
| Tan Tjin Kie lahir pada tanggal 25 Januari 1853 di Cirebon dan meninggal pada
tanggal 13 Februari 1919. Pada tahun 1884 Tan diangkat menjadi Luitenant Wess
en Boedelkamer. Pada tahun 1888 , Tan menjadi Kapitein dan pada tanggal 1913
akhirnya menjadi Majoor. Pada tahun 1893 , pemerintahan Dinasti Qing memberikan
gelar To-Han [Maharaja Kelas II] dan pada tahun 1908 , Tan mendapat promosi
dari pemerintah Qing dengan pangkat To-Wan. Di tahun 1909 , Tan mendapat
bintang Gouden Ster van Verdienste [Bintang Emas Untuk Jasa] . Tan juga menjadi
ketua dari perkumpulan kematian Kong Djoe Koan ,perkumpulan THHK dan pelindung
Hok Siu Hwee. Tan adalah pelindung utama kesenian jawa , "Een Grot
Beschemer der Javaanse Kunst" [Dr Th Pigeaud, Javaanse Volksvertoningen ,
p114] . Tan juga seorang dermawan yang sering membantu korban bencana alam dan kelaparan
di
Tiongkok. Tan menyumbang 10 ribu f untuk mendirikan rumah sakit di Cirebon dan 10 ribu f untuk gedung THHK . Tan juga menyumbang untuk masjid di Luwung Gajah dimana ia memiliki dua pabrik gula dan satu istana megah di Binarong. Pada tahun 1917 , Tan sudah mulai sakit-sakitan. Di tahun berikutnya kaki beliau mulai bengkak. Menurut analisa dokter , Tan mendapat masalah jantung , dan memberinya nasehat agar tidak banyak kerja dan cukup tidur. Dibulan Juni 1918 , sakit yang dialami Tan mulai berat. Dokter E Gottlieb sempat memanggil Dokter C.D. Langen dari Jakarta. Di malam Imlek , 31 Januari 1919 , Tan tidak ikut makan bersama. keluarganya karena badannya sudah berasa tidak enak. Tetapi keesokan paginya Tan sudah kembali bugar. Tanggal 12 Februari kondisi Tan kembali memburuk. Dokter yang datang kerumahnya menanyakan pada beliau dimana letak sakitnya. Tan menunjukkan sakitnya di ulu hati. Dokter kemudian menyarankan agar Tan di suntik. Kira-kira jam 8 malam dokter menyarankan agar Tan pindah ke tempat tidur. Menjelang wafatnya , Tan hanya bisa tidur sebentar-sebentar tapi anggota keluarganya masih melihat cara tidurnya masih normal. Esok paginya tanggal 13 Februari , Tan kembali sehat dan dokter pun pulang. Hari itu juga Tan meninggal dalam posisi duduk ditempat tidur dan kepala bersandar di istrinya.
Tiongkok. Tan menyumbang 10 ribu f untuk mendirikan rumah sakit di Cirebon dan 10 ribu f untuk gedung THHK . Tan juga menyumbang untuk masjid di Luwung Gajah dimana ia memiliki dua pabrik gula dan satu istana megah di Binarong. Pada tahun 1917 , Tan sudah mulai sakit-sakitan. Di tahun berikutnya kaki beliau mulai bengkak. Menurut analisa dokter , Tan mendapat masalah jantung , dan memberinya nasehat agar tidak banyak kerja dan cukup tidur. Dibulan Juni 1918 , sakit yang dialami Tan mulai berat. Dokter E Gottlieb sempat memanggil Dokter C.D. Langen dari Jakarta. Di malam Imlek , 31 Januari 1919 , Tan tidak ikut makan bersama. keluarganya karena badannya sudah berasa tidak enak. Tetapi keesokan paginya Tan sudah kembali bugar. Tanggal 12 Februari kondisi Tan kembali memburuk. Dokter yang datang kerumahnya menanyakan pada beliau dimana letak sakitnya. Tan menunjukkan sakitnya di ulu hati. Dokter kemudian menyarankan agar Tan di suntik. Kira-kira jam 8 malam dokter menyarankan agar Tan pindah ke tempat tidur. Menjelang wafatnya , Tan hanya bisa tidur sebentar-sebentar tapi anggota keluarganya masih melihat cara tidurnya masih normal. Esok paginya tanggal 13 Februari , Tan kembali sehat dan dokter pun pulang. Hari itu juga Tan meninggal dalam posisi duduk ditempat tidur dan kepala bersandar di istrinya.
Sejak
12 Februari , semua keluarga sudah berkumpul . Itu sebabnya saat Tan meninggal
, semuanya ada ditempat. Selain keluarga , para sahabat juga datang berkunjung
seperti keluarga The Wie Tjong , keluarga Tan Kong Boen , keluarga Oey Tek Liem
, Asisten Residen , keluarga keraton Cirebon , Letnan Arab , Residen dstnya.
Sesudah itu almarhum Tan masuk peti. Pada
tanggal 31 Maret sudah banyak orang yang berkunjung ke Cirebon. Terlebih lagi
pada tanggal 1 dan 2 April kota Cirebon sudah penuh sesak. Harga sewa kendaraan
dan penginapan menjadi berlipat ganda dari hari biasanya. Kapiten Liem Joe
Tiang dari Magelang menginap di hotel Hollandia , tetapi teman-temannya tidak
mendapat penginapan. Keng Liong Tjan menginap di Sangkanhoerip. C.Y. Ypma
memperkirakan jumlah pengunjung ke kota Cirebon sekitar 200 ribu orang. Cinke
Kwee Ping Wie menceritakan kesan bahwa kereta-api penuh sesak dengan penumpang
sehingga kepala stasiun meminta dikirim 11 kereta lagi. Letnan
The Han Tong sendiri musti tidur bersama keluarga lain dan keluarganya dari
Pekalongan . Lim Long Eng kedatangan tamu dari Surabaya . Nyonya Jap Tjhian di
rumahnya menerima tamu dari berbagai kota dari Kedung Gede , Karawang , Jakarta
dan Tegal. Begitu juga dengan Nyonya Gan Wie Djien yang rumahnya kedatangan
tamu yang belum dia kenal. Rumah Perhimpunan Kian Gie Hwe Koan menerima sekitar
50 orang nyonya Tionghoa dari Tegal , Tanjung , Banjaran , Slawi , Kalierang ,
Bumiayu, Comal , Pekalongan , Magelang dan Jogja , sementara tamu lelaki
ditolak di tempat perhimpunan itu.Rumah Bian Hap Hwee memberikan tempat pada
sekitar 30 orang tamu baik pria maupun wanita dari Tegal, Comal , Pekalongan ,
Magelang dan Jogja. Orang-orang Belanda dan perwira militer dari Bandung dan Cimahi
pun turut datang untuk menghadiri pemakaman Tan. Demikian tamu-tamu kesulitan
mencari tempat tidur sehingga ada yang tidur di meja dan kursi.
Liem
Kwat Tjiang berkisah bahwa pada tanggal 2 April pagi hari jam 6, dia berangkat
dari Jamblang dan melihat sepanjang jalan penuh orang yang sedang berjalan
menuju Cirebon, sampai kendaraan dia harus berjalan perlahan. Pasar-pasar dalam
kota semua kosong dan tidak ada yang berjualan kecuali pasar Balong yang
dilewati para pengunjung dimana makanan dijual mahal. Seisi penduduk Cirebon
kaget dengan keramaian yang tidak pernah disangka sampai seramai itu dari
segala bangsa dan latar belakang . Keramaian pemakaman Tan ini melampaui
keramaian pesta Maulud , pesta Capgome dan juga pesta Raja.
Banyak
juga yang sampai naik keatas pohon dipinggir jalan agar dapat melihat lebih
leluasa. Bukan saja tamu-tamu orang Belanda tapi juga nyonya-nyonya Belanda pun
ada yang turut naik keatas pohon. Begitu juga bagian loteng dari tiap rumah
penuh dengan penonton. Orang-orang Belanda memegang kamera untuk
mendokumentasikan acara termasuk Pijttersen dari Tegal. Ada beberapa penonton
yang tercebur ke kali walau tidak begitu dalam. Kapiten Khouw Oen Hoeij dari
Jakarta , Tan Taij Hok dari Cirebon dan Letnan Thung Tjoen Ho dari Bogor , Tan
Tek Haij dari Lampegan , sampai terkejut ketika ada orang mengamuk . Kapiten
Khouw Oen Hoeij bercerita ketika ayahnya , Letnan Khouw Tjeng Ke dimakamkan ada
orang mengamuk sampai tujuh orang tewas. Pada
tanggal 1 April malam hari , sejak jam 7 sore , tamu-tamu perempuan dari segala
bangsa masuk ke rumah duka. Sementara tamu-tamu lelaki tertahan oleh penjagaan
polisi. Pihak keluarga Tan sendiri tidak ada yang tidur . Pangeran Raja dari
keraton berserta mertuanya , Regent Cirebon , Raden Adipati Aria Salmon Salam
Soerja Di Ningrat , bercerita bahwa pada malam itu jalan-jalan banyak suara
kendaraan sampai pagi. Beliau sendiri sampai kedatangan tamu dari jauh.
Kira-kira
jam 1 malam , peti mati diangkat oleh 40 orang Tionghoa dan dipindah ketengah ,
meja2 sembahyang dipasang didepannya. Jam enam pagi proses sembahyang dimulai.
Orang banyak turut sembahyang termasuk murid2 sekolah THHK Cirebon , THHK Waled
dan THHK Jamblang turut menyanyikan lagu-lagu sedih . Proses ini baru selesai
sampai sekitar jam 9 pagi. Peti mati tertunda sejam sebelum bisa
diberangkatkan. Tamu-tamu khusus sudah datang sejak jam 8.30 pagi , termasuk
diantaranya Sri Paduka Tuan Susuhunan , Pangeran Ario Mangkudiningrat , Auwyang
Kee Konsulat Jendral dari Tiongkok, utusan dari Keraton Solo , Lie Tjian Tjoen
- Kapiten Batavia. CJ Feith dan AJH Eijken sebagai residen dan asisten residen
turut hadir. Peti
mati akhirnya diberangkatkan jam 10 pagi. Kereta Foto ditarik oleh empat kuda,
kereta jenazah ditarik oleh 240 orang Tionghoa yang berpakain serba putih. Di
sepanjang jalan , gapura-gapura bertulisan Tionghoa berdiri , polisi berjaga
setiap 20 meter. Polisi lain ikut mengiringi rombongan disetiap 10 meter.
Jumlah polisi yang dikerahkan sekitar 600 personil . Pemerintah kolonial
Belanda mengirimkan dua peleton militer untuk memberikan penghormatan.
Pemakaman diiringi musik dan tiga korps musik militer. Kota Cirebon juga
praktis tidak ada aktivitas. Bank dan toko di Cirebon tutup pada saat itu. Pemakaman
Majoor Tan Tjin Kie menjadi pemakaman yang terbesar dan berbiaya paling mahal
pada saat itu. Menghabiskan dana sekitar 70 ribu gulden dan perencanaannya
memakan waktu dua setengah bulan. Media "Bataviaasche Nieuwsblaat"
menerbitkan buku lampiran seputar dokumen foto jalannya acara pemakaman itu.
Untuk perlengkapan pemakaman didatangkan juga ahli-ahli dari Tiongkok.
Di
bulan Agustus 1919 , rombongan musik dari San Fransisco dibawah pimpinan majoor
Sydney Peixsotto mampir ke Cirebon dalam perjalanannya ke Australia. Rombongan
ini memberikan penghormatan dengan pawai obor dan musik serenada menuju rumah
almarhum. Di depan meja abu rombongan ini juga memberikan penghormatan dengan
musik didepan meja abu.
REFERENSI
:
1.
Tan Gin Ho , "Peringetan Dari Wafatnya Majoor Tan Tjin Kie Dan Kwee Hin
Houw Dalam Majalah Tjhoen Tjioe"
Budaya-Tionghoa.Net | Mailing-List Budaya Tionghua
Tan
Tjien Kie : Peringetan Wafatnya Majoor Tan Tjin Kie - LAMPIRAN
Written by Zhonghua Wenhua on 20 February
2012.
LAMPIRAN
Arsip
Tan Gin Ho , "Peringetan Dari Wafatnya Majoor Tan Tjin Kie Dan Kwee Hin
Houw Dalam Majalah Tjhoen Tjioe" , disampaikan oleh Steve Haryono di
Mailing-List Budaya Tionghua ,
Mailing-List Budaya Tionghua , Agustus 2006. Terdiri dari beberapa bagian
BAGIAN
1
Padoeka
papa moelai berobah kewarasannja sasoedahnja saja poenja anak prampoean DICKY
(GWAT ENG) kawin, ja-itoe di tahoen 1916, brangkali dari sebab di itoe waktoe
Papa banjak tjape dan koerang tidoer, sebab nikanja Dicky djoega ada di rajaken
dengen keramean besar.
Di
tahoen 1917 Papa soedah moelai tempo-tempo dapet sesek dan di tahoen 1918 kaki
tempo-tempo soeka bengkak. Menoeroet perbilangannja Dokter ini semoea dari
djantoeng jang soedah djadi koerang koeat, maka Dokter ada kasih nasehat
soepaja Papa djangan banjak kerdja dan kaloe masoek tidoer soepaja djangan
lebih laat dari djam 10 malem. Kaloe Papa bisa djaga diri, Dokter bilang Papa
masih bisa hidoep lama sekali dan Dokter ada kasih obat tetes boat di minoem
kaloe dapet sesek.
Di
boelan Juni 1918 Papa dapet sakit sedikit berat, maka Dokter E. GOTTLIEB
panggil consult Dokter C.D. DE LANGEN dari Betawi, tapi di itoe waktoe slamet
Papa djadi bae kombali. Dari 1 (Senen) sampe 21 (Minggoe) October 1917 (djadi
dapet 21 hari) Papa tetira di Koeningan. Dari kira-kira pertengahan October
1917 sampe 12 December, hari Rebo, Papa tetira di Tambak dapet kira-kira 2
boelan. Dari 17 Juli, hari Rebo, sampe 3 November 1918, hari Minggoe, djadi
dapet 31/2 boelan, Papa tetira di Pesisir. Dari 3 November sampe kira-kira
pertengahan December 1918, djadi dapet 11/2 boelan, Papa tetira di
Kalitandjoeng. Papa dateng penghabisan kali di Luwunggadjah pada hari Djoemahat
27 December 1918 ja-itoe di waktoenja anak-anak vacantie dan tinggal disana
sampe liwat tahoen baroe Belanda.
Sebab
di itoe waktoe Papa dan Mama maoe dateng disana bersama semoea anak-anak dan
itoe anak-anak ada nakal-nakal, maka tadinja saja nijat bangkoe dan korsi jang
pake soetra tinggal di saroengin, soepaja tidak kena di bikin kotor oleh
anak-anak, tapi sebab menginget Papa ada djarang-djarang dateng di
Luwunggadjah, maka oentoeng sekali jang itoe meubel saja soeroe boeka
saroengnja dan bendera di tiang di atas gedong Binarong dan di atas gedong
fabriek di kibarken dan ini bendera-bendera baroe di toeroenken, sesoedahnja
Papa poelang ka kota.
Papa
Mama poelangnja dari Luwunggadjah bersama anak-anak pada hari Kemis 2 Januarii
1919, djadi tinggal disana tjoema dapet satoe minggoe. Di Binarong, Papa ada
lihat serta denger soewaranja Gramophone dan Pianola jang baroe dateng dari
Amerika. Djoaga Papa ada pergi naek lorrie sama Mama dan anak-anak lihat
kebon-kebon teboe dan Papa kelihatan ada seger.
Papa
ada banjak seneng hati, jang goela kloearan oogst 1918 jang tida bisa dapet
banjak di djoeal, lantaran harga goela ada keliwat rendah dan toeroen-toeroen
sadja, achirnja di penghabisan tahoen 1918 bisa di djoeal dengen harga bagoes
sekali, sedeng boeat goela oogst 1919 lagi-lagi dapet tawaran tinggi jang
harganja naek-naek sadja. Sedari sabelon tahoen baroe saban malem ada
kadengeran soewaranja boeroeng Dares dan semingkin lama semingkin serig
kedengerannja itoe soewara di waktoe malam, sampe saja poenja bini dalem tempat
tidoer sering kata : "tida enak sekali ada itoe soewara, setahoe maoe ada
apa di kota Cheribon, apa brangkali bakal ada penjakit?"
Tapi
di malem 12 ka 13 Februari antero malem soewaranja Dares tida ada brentinja,
jang kadengeran terbangnja rendah sekali. Sasoedahnja Papa meninggal baroe itoe
soewara Dares ada koerang dan mingkin lama mingkin djarang. Pada 13 Februari betoel
dimana waktoenja Papa meninggal, djadi waktoe sijang, di loear orang geger,
jang ada boeroeng Dares ngelabak terbang meliwati atas roemah Papa dari
Lor-koelon ka Wetan-kidoel. Lantas sakoetika itoe djoega dari kamer-Papa orang
mendjerit lihat Papa pangsan, tapi sabetoelnja boekan pangsan, sebab sakoetika
itoe djoega Papa soedah meninggal.
Di
hari-hari tahoen baroe (menoeroet Papa poenja bilangan moelai dari hari
penghabisan tahoen lama, djadi di 31 Januari 1919 hari Djoemahat Manis, tapi di
itoe hari saja sendiri tida dapet lihat soedah ada itoe boeroeng) sampe di hari
deketnja Papa maoe meninggal, ada satoe boeroeng Sikatan saban hari masoek
njanji di moeka katja-katja besar dalem roemah. Disitoe baroe saja tahoe jang
boeroeng Sikatan bisa mengotje begitoe enak. Ini boeroeng ada kelihatan girang
sekali, dari satoe katja terbang ka laen katja, memaen di moeka itoe
katja-katja dengan kasih njanjiannja jang njaring, seperti dia ada girang lihat
ada temennja dalem katja. Kendati sering-sering di gebah kloear oleh
djongos-djongos, tida oeroeng lagi-lagi dia dateng lagi. Amper di antero waktoe
dari saban hari itoe boeroeng ada di dalem roemah, terbang sabentar kloear,
lantas dateng masoek lagi. Papa dan saja seneng hati dengerken njanjiannja jang
tida brenti-brenti, seperti itoe ada satoe alamat baik, siapa tahoe brangkali
kita dapet kaoentoengan bagoes dari goela, maka saja larang djongos-djongos
djangan gebah dia lagi.
Sasoedahnja
Papa meninggal baroe ketahoean jang itoe boeroeng dalam 3 hari, 9, 10 dan 11
Februari, troes-meneroes saban-saban mentjlok di korsi, jang biasanja Papa
doedoek minoem thee di waktoe sore. Ini tjeritaan ada dari djongos-djongos dan
baboe-baboe jang ada banjak berdiem di itoe tempat makan. Itoe boeroeng Sikatan
dari hari 12 Februari tida kelihatan dateng lagi. Di malem pengabisan tahoen
lama (oudejaarsavond, 31 Januari 1919) Papa tida toeroet makan, sebab di rasa
tida enak badan, djadi troes masoek tidoer, tapi paginja di hari tahoen baroe,
Papa soedah djadi seger kombali, kloear berpakean thungsha boeat sembajang dan
boeat paij-koei sama Mama-besar (Mamanja Papa) serta boeat trima familie dateng
paij-koei tahoen baroe. Sahabisnja Papa ganti pakaean putih, kloear di
voorgalerij dan lihat bloemstukken (kembang-kembang) jang ada diloear, kiriman
dari familie EIJKEN, Assistent-Resident, dari familie DE GRAAG, President
Landraad, dari familie GALLOIS, Agent Escompto, dan dari laen-laen familie.
Kebetoelan
itoe waktoe toean EIJKEN liwat dan lihat Papa ada di loear lantas masoek
kedalem omong-omong sampe kira-kira ½ djam lamanja. Dari moelai tahun 2466
(1915) Papa saban tahoen tida trima tamoe. Dari hari tahoen baroe troes sampe
12 Februari Papa ada seger, tjoema tempo-tempo soeka ada sesek. Di tahoen baroe
Papa soedah djandji sama Dr. GOTTLIEB boeat bantoe bediriken roemah sakit di
kota Cheribon f 10000, dan kasih pada Tiong Hoa Hwe Koan Cheribon aken beli
roemah Hwe Koan f 10000, sedeng kenijatan boeat bediriken mesigit boeat orang
Islam di Luwunggadjah di nijat di djadiken dalem ini tahoen 1919. Boeat
bediriken mesigit Luwunggadjah soedah di nijat lama, tapi sebab ini mesigit di
nijat dibikin jang bagoes boat bisa toeroet djadi perhijasan fabriek, maka
moesti di pilih di bediriken di mana tempat jang deket dengen laen-laennja
gedong poenjanja fabriek, tapi jang tida kwatir di blakang hari, kaloe fabriek
di besarken kena kebongkar, dan sebab kita sampe di tahoen 1917 masih riboet
dengen berobahan Luwunggadjah, maka kenijatan bediriken mesigit djadi di
oendoerken sampe di ini tahoen dan boeat ini, sabelonnja Papa meninggal, saja
moelai atoer teekeningnja. Pada hari 7 of 8 Februari saja ada panggil toekang
tjoekoer dan saja soedah boeka djas-loear maoe doedoek boeat goenting ramboet,
saja lihat Papa kloear, lantas saja inget brangkali Papa maoe goenting ramboet,
Papa bilang laen hari sadja, sebab kepala ada koerang enak.
Page 2 of 7
Tan
Tjien Kie : Peringetan Wafatnya Majoor Tan Tjin Kie - Bagian II
Written by Zhonghua Wenhua on 20 February
2012.
BAGIAN
2
Di
hari hauw Thie-Kong (sembajang Toehan Allah) pada 8 Februari djoega Papa ada
seger dan maoe toeroet sembajang. Sebab Dokter ada bilang Papa soedah ada
oemoer djangan soeka tidoer kemaleman, laat-laatnja djam 10 soedah moesti
masoek tidoer, maka saja soedah matoer jang itoe malem bae saja sadja jang
sembajang, tapi papa maoe djoega sembajang sendiri. Kendati saja soedah minta
boeat masoek tidoer doeloe dan nanti kaloe soedah temponja maoe sembajang
gampang di bangoenken, Papa keras tida maoe, bilangnja badan tida koerang
apa-apa dan djoega tida ngantoek. Lantas saja minta permissie boeat berbaring
doeloe, sebab saja kata jang saja ada ngantoek. Papa dengen kelihatan seneng
bilang baik. Tapi ini toeladan dari saja tida di toeroet oleh Papa, sebab saja
lihat Papa tinggal doedoek melek sampe pada waktoenja sembajang.
Di waktoe masih sore di itoe hari Papa ada
soeroe panggil dan omong-omong di loear dengen Sianseng TAN KIM TE. Koetika
toekang pat-iem soedah dateng (saban tahoen kaloe sembajang Thie-Kong ada pake
pat-iem), kira-kira djam 7½, saja kloear maoe dengerken pat-iem di poekoel,
saja lihat Papa doedoek sendirian, sedeng Engko (ko) KIM TE ada doedoek deket
pat-iem.
Bijasanja moelai sembajang ada lebih laat dan
brentinja (bakar kertas) ada lebih lama dan lebih laat, tapi ini tahoen soepaja
boeat Papa tida terlaloe malem, maka baroe djam 12 soedah moelai sembajang dan
djam 1½ soedah moelai bakar kertas.
Bijasanja
Papa dari moelai sembajang sampe bakar kertas tinggal berdiri dengen soedjoed,
tapi kali ini abis sembajang lantas masoek ka kamer.
Djoega
ini kali Papa sembajang ada seperti bijasa ja-itoe 3 kali koei 9 khauw-sioe
(samkoei kioe khouw). Tjoema ini kali saja sama soedara GIN HAN sedija dari
blakang, bantoe angkat kaloe Papa dari koei maoe berdiri.
Sebab Papa sasoedahnja sembajang lantas masoek
kamer, maka kita anak-anak jang djaga medja sembajang. Sasoedahnja djam 1 saja
hendak bakar kertas, sebab saja kira tentoe Papa di kamer menoenggoe tida
tidoer. Tapi ini, GIN HAN tjega dan maoe tanja doeloe ka dalem. Dapet penjahoetan
dari Mama jang pesennja Papa djam 1½ baroe boleh bakar kertas. Maka di djam 1½
kertas baroe moelai di bakar.
Dari
kamer Papa lagi-lago soeroe lihat medja sembajang di loear, apa lilin-lilin
menjalanja ada bagoes. Di kasih penjahoetan pada Papa, jang lilin-lilin
menjalanja ada bagoes, sebab sabetoelnja itoe malem menjalanja lilin ada
bagoes, beda dari tahoen jang soedah, jang di malemnja sembajang ada begitoe
banjak angin, sampe lilin ampat-ampatnja (bijasanja pake 4 lilin) djadi mati.
Betoel
medja sembajang tida koerang apa-apa dan lilin menjalanja ada bagoes dan rata,
tapi teboe kaloe orang manghadep ka medja sembajang, di sbelah kiri ada rebah.
Ini teboe ada sadja jang bawa kloear boeat dibakar thungtjhie-nja (kertas
pandjang), dan satoenja jang seblah kanan, soedara GIN HAN jang bawa kloear,
tapi di itoe waktoe kita tidak ada jang dapet lihat. Blakang hari sasoedahnja
Papa meninggal baroe ada orang bilang, jang itoe satoe teboe sebla kiri ada
rebah, ja-itoe jang dapet lihat orang-orang jang berdiri dari djaoeh dan dari
samping. Djoega blakang hari saja dapet denger, jang di Luwunggadjah djoega
begitoe, satoe teboe sebla kiri rebah, sebab disana djoega di itoe malem ada di
bikin haus Thie-Kong.
Paginja
9 Februari Papa dari koerang tidoer tida apa-apa, seger seperti bijasa. Di hari
Minggoe 10 Februari Papa ada panggil toekang tjoekoer boeat goenting ramboet
dan sahabisnja itoe, Papa goenting, kerik dan bikin bersih koekoe-koekoe pake
tempo lama sekali, lebih lama dari bijasanja.
Di
malem 14 dan 15 Februari di kota Cheribon maoe di bikin arak-arakan (optocht)
tjeng-ge, maka boeat ini ada di datengken toekang-toekang kertas dari Semarang.
Maka kabetoelan sekali boeat oeroesan meninggalnja Papa, ini toekang-toekang
kertas ada di Cheribon. Dari keramean tjeng-ge menoeroet karempoegannja orang
banjak di oeroengken, sedeng laennja keramean tahoen baroe dari itoe 12
Februari sore di brentiken.
Di
straat Tjangkol ada satoe roemah besar kita, tadinja di sewa boeat hotel oleh
toean Horning. Di tahoen 1918 ini roemah di minta oleh saja punja mantoe THE
SIEN HOEN boeat toko dan bengkel auto pake merk Cheribonse Autodrome, tapi
zonder saja tahoe SIEN HOEN rombak pintoe loear dan pintoe dalem dari
hoofdgebouw di ganti dengen pintoe-pintoe jang besar-besar dan tinggi-tinggi,
soepaja autos jang besar-besar bisa gampang masoek-kloear, bae dari moeka bae
dari blakang dan di blakangnja itoe hoofdgebouw dibediriken satoe loods jang
besar, serta kamer-kamer di bijgebouw sebla kanan di rombak di bikin
kamer-kamer jang besar. Pinggirnja pekarangan di blakang, jang tadinja masih
terboeka, SIEN HOEN pasang tembok, soepaja pekarangannja itoe roemah ketoetoep
dengen pager tembok jang orang tida bisa masoek. Jang SIEN HOEN berdagang auto
saja baroe tahoe sasoedahnja ini di bikin djadi, dan sebab dari ini saja tida
rempoeg, maka saja ada toelis sama Tjhinke PIK PIEN, tapi saja tida sekali maoe
kasih advies boeat bikin oeroeng apa jang soedah di bikin djadi. Di blakang
hari Tjhinke dapet tahoe jang SIEN HOEN berdagang auto dapet banjak roegi, maka
di boelan Januari itoe toko di brentiken dan barang dagangannja di djoela.
Tempo itoe barang-barang lagi diangkati, soedah ada orang jang dateng minta
sewa itoe roemah, tapi belon di kasih. Baroe sadja itoe roemah djadi kosong dan
di bikin bersih, tida brapa hari lagi Papa meninggal doenia, maka itoe roemah
jang ada poenja tempat jang lebar-lebar dan pintoe jang besar-besar, apa lagi
itoe roemah ada deket Pasoeketan, ada kabetoelan sekali boeat tempatnja
toekang-toekang kertas kerdja.
Pembelian
karoeng goenie boeat goela Luwunggadjah tahoen 1918 soedah di bikin contract,
tapi lantaran Handelsbank dapet kawat itoe karoeng goenie brangkali tida bisa
di lever, sebab soesah dapet kapal lantaran ada perang besar di Europa sedeng
giling soedah deket, maka Handelsbank kasih advies boeat selekasnja sedija
sekiranja doeloe kadjang. Dari itoe lantas saja kawat beli kadjang. Sasoedahnja
kadjang di beli, Handelsbank dapet kawat lagi jang karoeng goenie bisa dateng.
Lantas saja kawat lagi boeat bajar karoegian dengen pembelian kadjang di
oeroengken, tapi jang djoeal tjoema bisa trima boeat di oeroengken sebagian
sadja. Ini kadjang saja titipken di goedangnja Piauw-moaijhoe TJAN TJOEN JONG
dan saja soedah soeroe tawar-tawarken boeat di djoeal lagi, kendati dengen
roegi, tapi belon sadja bisa lakoe, maka kabetoelan sekali ini kadjang bisa di
pake boeat bediriken banjak taroeb-taroeb di pakoeboeran DOEKOESEMAR dan die
roemah. Sebab pakenja kadjang ada banja sekali, maka kaloe moesti beli tentoe
moesti di pesen doeloe jang datengnja tentoe laat.
Pada
10 Februari kita trima soerat dari Pangeran ARIO KOESOEMOJUDHO, Solo, jang atas
namanja Toean Soesoehoenan ada mintaken pondok boeat soedaranja Toean
Soesoehoenan, Pangeran ARIO PRABOENINGRAT, Luitenant Kolonel, dengen Raden
Ajoenja, jang itoe waktoe ada di Betawi, kaloe dia-orang nanti dateng di
Cheribon. Lantas di kasih kabar ke Solo dan Betawi jang kita soeka trima dengen
seneng hati, sekalian di kasih tahoe jang di malem 14 dan 15 Februari di
Cheribon bakal ada keramean tjeng-ge. Ini Pangeran djadi dateng pada hari
Djoemahat tengah hari 14 Februari bersama anak-anak kita jang dari Betawi di
panggil poelang, djadi sasoedahnja Papa meninggal. Ini Pangeran toenggoe dan
berhadlir dengen berpakean officier uniform item (groot tenue) koetika Papa di
masoeken peti. Tapi heran jang ini Pangeran ada bawa dari Solo dari Toean
Soesoehoenan boeat Papa 2 flesch besar (flesch jenever) aer mawar dan satoe
kaen pandjang, batiknja Prang Kesoemo, dasarnja item kebangnja sogan. Ini
herannja ada seperti Toean Soesoehoenan soedah dapet perasaan lebih doeloe jang
bakal di tinggal oleh Papa, maka itoe Pangeran ada dibawai kaen pandjang
maksoednja seperti boeat roeroebnja (selimoet) djinazat dan aer mawar
maksoednja seperti boeat mandinja djinazat dan boeat siram di koeboeran, maka
itoe aer mawar di pake boeat menjirati djinazatnja Papa dalm peti dan lebihnja
boeat menjiram koeboeran, sedeng itoe kaen pandjang toeroet di masoeken dalem
peti oleh tangannja itoe Pangeran sendiri. Toean Soesoehoenan sama Papa,
kendati baroe ketemoe satoe kali, tapi ada sama seperti orang jang soedah kenal
dan persobatan lama. (Pembatja djangan salah mengerti. Toean Soesoehoenan saja
rasa tentoe tida dapet tahoe lebih doeloe, jang Papa bakal lekas meninggal,
tjoema saja maoe bilang sadja dari herannja itoe barang, kenapa bisa begitoe
kabetoelan. Begitoe djoega saja heran jang Toean Pangeran ada kabetoelan bawa
costuum officier item, maka dia bisa pake itoe costuum koetika berhadlir waktoe
djinazatnja Papa maoe di masoeken peti).
Page 3 of 7
Tan
Tjien Kie : Peringetan Wafatnya Majoor Tan Tjin Kie - Bagian III
Written by Zhonghua Wenhua on 20 February
2012.
BAGIAN
3
Dalem
tahoen 1917 Papa baroe ada kenijatan bikin sioe-hek (koeboeran di bikin kaloe
orangnja masih hidoep) boeat Papa sendiri, maka pembikinan itoe sioe-hek,
dimana tempat jang mana Papa doedah pilih di tanah pekoeboeran DOEKOESEMAR,
moelai di kerdja di 3 October 1917. Sasoedahnja tanah di kedoek dan soedah
moelai di toemboek boeat dondament, Papa ada omong-omong pada saja, jang kaloe
bikin bong (koeboeran) djangan besar-besar, seperti besarnja bongnja Engkong
(kong, Papa-tjang) soedah tjoekoep. Saja menjahoet jang boeat anak-tjoetjoe
lebih baik di bikin siang-khong, soepaja tida makan banjak tempat. Lantaran ini
omongan saja, zonder saja tahoe, Papa dapet pikiran, jang boeat Papa sendiri
djoega, baik dibikin siang-khong, maka Papa berdami sama Sin-she hong-swie nama
Souw Djim, dan Souw Djim kasih advies djangan siang-khong tapi “siang jan kwi tjauw”,
maka itu toemboekan fondament di bongkar lagi boeat dirobah di bikin siang jan
kwi tjauw. Tempo saja dapet tahoe ini, saja dapet rasa menjesel, sebab siang
jan kwi tjauw ada tempat boeat orang doea, maka boeat Papa tida dapet tempat di
tengah, maka lantas saja pegi mengadep pada Papa boeat hoendjoeken katrangan,
jang masing-masing bong di bikin boeat doea orang, itoe tjoema baik boat anak
tjoetjoe, tapi tida boeat Papa sendiri. Papa menyaoet : “Soedah, djangan pikir
lagi dari itoe, sebab siang jan kwi tjauw djoega baik”. Sebab saja poenja hati
masih penasaran, maka saja tjoba bitjara dari ini hal pada Sin-she Souw Djim,
dan minta itoe Sin-she boeat berdami lagi pada Papa, tapi Sin-she poenja
timbangan baik siang jan kwi tjauw dan Papa tetep toeroet maoenja Sin-she.
Sasoedahnja itoe bong djadi pada 28 Januari 1918, baroe keliatan jang siang jan
kwi tjauw ada lebih bagoes dan Papa lihat itoe banjak seneng hati, apa lagi
tempatnja Papa dan Mama djadi tida djaoeh, terkoempoel deket satoe sama laen.
Sebab ini sioe hek ada boeat orang doea, maka platarannja djoega ada besar.
Maka djadi pantes boeat trima koempoelnja begitoe banjak orang di waktoe
mengoeboer djinazatnja Papa pada 2 April 1919. Djoega kabetoelan sekali jang
mengadepnja ini sioe hek ini tahoen dapet Laij-nie, djadi menoeroet pelatoeran
“tee-lie” ini tahoen ada tahoennja jang ini sioe hek boleh di pake.
Kira
soedah ada 20 tahoen jang kita ada simpen 2 sioepan (peti mati) dari kajoe
Djatisoengoe jang loreng dan bagoes potongannja, tapi ini tida tahoe di
lihat-lihat. Di pertengahan tahoen 1917 Lim To Hin ada kerdja mengetjet roemah
Binarong di Luwunggadjah. Sehabisnya mengetjet saja soeroe Lim To Hin priksa,
bikin betoel dan tjet dengen kantjhat itoe 2 peti mati, maka itoe peti mati di
soegoe lagi boeat di bikin lebih bagoes potongannja dan boeat di bikin lebih
baik poeroes-poeroesnja, lantas di tjet sa-anteronja.
Sahabisnja mengetjet pati mati, saja soeroe
Lim To Hin pegi Semarang dan Soerabaja boeat tjari barang-barang jang perloe
boeat rijasan peti, sebab saja kwatir lantaran ada perang itoe barang soesah
dapet, tapi oentoeng apa jang perloedi pake semoeanja masih bisa dapet. Ada 2
matjem barang jang tjoekoep boeat satoe peti. Saja soeroe Lim To Hin pegi tjari
lagi, tida bisa dapet, sebab apa yang ada, semoeanja soedah di beli.
Pada
12 Februari kira djam 7½ pagi Papa di tempat makan ada bitjara-bitjara sama Tan
Tan Kwie.Papa tanja pegimana atoerannja orang hauw Thie-Kong di Batavia. Djoega
Papa tanja dari familienja Tan Kwie, apa anak-anaknja semoea ada baik. Ini
bitjaraan kira-kira ada 10 minuut lamanja.
Sahabisnja
itoe kira-kira djam 8 sasoedahnja Papa makan roti, Papa ada soeroe saja poenja
Njonja pegi ka roemah Pesisir boeat bikin betoel boeat pondoknja Pangeran
Praboeningrat, jang bakal dateng hari Djoemahat dari Batavia.
Kira-kira
djam 8 liwat Tan Kwie ada masoek lagi dapet lihat Papa maoe masoek di kamer
boeat di lelesi peroetnja oleh si Mad, toekang pidjet. Kira-kira djam 11 Papa
ada doedoek di loewar, tanja pada Tan Kwie itoe hari ada hari besar apa, lantas
Papa lihat bendera jang di pasang, tanja apa itoe bendera tida terlaloe besar,
dan djoega Papa ada bilang jang blauwnja itoe bendera soedah kotor, baik di
ganti. Tan Kwie menjahoet, jang itoe bendera boeat roemah besar tida terlaloe besar,
dan boeat toekar grim baroe tentoe sekarang waktoe perang soesah dapet. Di itoe
waktoe Papa lama doedoek di korsi gojang di loear, kira lebih dari ½ djam.
Di
waktoe makan tengahhari, ko Tan Kim Te ada toeroet makan, sahabisnja makan Papa
ada bitjara dan tanja dari gamelannja Regent.
Kira
djam 3 sore Tan Kwie ada masoek di dalem dan lihat Papa lagi doedoek di korsi
gojang depan medja boender di tengah roemah. Papa ada tanja-tanja pada Tan Kwie
dari Sin-she Lie Lian Sian, apa roemahnja ada deket sama Tan Kwie. Lantas Tan
Kwie tjerita ada laen Sin-she siang-mia nama Lie A Njie di Betawi, jang soedah
siang Gin Han, Bie Tjhwan, Boen Liong dan Swie Ho, semoea di siang ada tjotjog,
tjoema siang Swie Ho sama sekali tida tjotjog. Papa denger itoe djadi ketawa.
Saja
poenja bini poelang dari Pesisir kira djam 3 sore. Kira amper djam 5
sasoedahnja Papa minoem soesoe, minoem thee, abis tjoetji moeka, tjoetji
moeloet dan tjoetji badan, dan sasoedahnja Papa doedoek di korsi deket pintoe
kamernja Papa, saja poenja bini dateng mengadep, Papa tanja apa di Pesisir
soedah di bikin betoel, saja poenja bini menjahoet soedah beres. Disitoe Mama
lagi minoem koffie dan Papa minta sedikit sama Mama. Mama kasih kira belon ada
setengah tjangkir. Baroe sadja saja poenja bini laloe dan baroe sadja Papa
minoem abis itoe koffie, lantas Papa brasa sakit di oeloe hati. Di itoe waktoe
saja poenja bini lagi maoe pegi ka dapoer boeat kasihken barang-barang sama
djongos boeat sedijaan di Pesisir, belon djalan brapa tindak lantas Mama kaok-kaok
panggil. Lantas saja poenja bini dateng, lihat Papa soedah doedoek di bangkoe
kamer. Mama soeroe saja poenja bini lekas panggil si Tar, toekang pidjet, boeat
menahan oeloe hati jang sakit. Sasoedahnja si Tar di panggil dateng, saja
poenja bini lari kloear tjari saja boeat lekas panggil dokter. Di itoe waktoe
saja bersama Tan Tan Kwie lagi priksa rekening-rekening. Lantas Tan Kwie
telefoon Dokter, sehabisnja telefoon, Tan Kwie lihat lotjeng ada jam 5-10.
Kabetoelan sekali itoe waktoe dokter ada di roemah dan autonja soedah siap boat
bikin visite, maka tida ada ¼ djam dokter soedah dateng. Dokter tanja sakit
dimana, Lantas Papa toendjoek oeloe hati jang sakit, Dokter bilang moesti di
injectie pake digaleen, maka Tan Kwie lantas pegi ka Apotheek boeat ambil obat
digaleen, jang bisa lantas dapet (obat dateng kira djam 5¾). Lantas dokter
kasih injectie. Sahabisnja di injectie Papa brasa ada enak. Tapi dokter priksa
pols, roepanja ada kwatir, maka itoe malem dia toenggoe djaga sendiri dengen
panggil satoe verpleeger boeat berganti djaga pols dan kasih minoem obat. Djadi
dokter sama itoe verpleeger itoe malem tinggal menginep. Serta boeat berdami
panggil djoega dokter Jacque de Visser. Tempo maoe panggil verpleeger, Papa
bilang tida oesah, minta di djaga oleh familie sendiri sadja. Maka itoe
verpleeger djaganja di loear kamer sadja.
Kira-kira
djam 8 malem dokter bilang baik Papa pindah di tempat tidoer, Dokter maoe
angkat, Papa tida maoe, maka Papa djalan sendiri.
Dari
moelai kena sakit sampe meninggal Papa tjoema bisa tidoer sabentar-sabentar,
sebab sering-sering maoe toempah, tapi tjoema kloear slijm sadja sama aer.
Kendati Papa tida bisa tidoer sampe lama, saja lihat angobnja (ngoeap) enak
sekali seperti angobnja orang jang maoe dapet tidoer jang enak. Papa sampe
meninggal soewaranja tinggal baik tida berobah apa-apa begitoe djoega aer
moekanja, idoengnja, matanja, djoega kaloe lihat apa-apa tida mengentara sekali
jang maoe meninggal. Paginja, 13 Februari, kira djam 7 dokter bilang : “Pols
sekarang soedah koewat kombali dan tida kwatir lagi”. Maka dokter djam 8 minta
poelang.
Kira
djam 8½ pagi Papa bangoen dari tempat tidoer, pindah di korsi pandjang, tapi
tida lama pindah lagi ka tempat tidoer. Kira djam 9 Papa minoem soesoe, abis
stengah tjangkir besar. Kira djam 11 Papa makan boeboer abis 5 sendok makan.
Kira djam 12 Papa minoem serbat (aer djeroek pake stroop dan ijs), jang dengen
rempoegnja dokter dibikinken soepaja seger. Papa minoem kira abis amper ½ glas
dan Papa bilang enak minoem itoe serbat, rasa seger. Kira djam 12½ Papa brasa
lagi oeloe hatinja ada sakit tapi tida keras dan minta di borei (minjak)
Dji-ie-joe, dan minta di pijetin soepaja bisa tidoer. Kira djam 1 Papa di kasih
makan potongan-potongan ijs, Papa tanja boeat apa, di bilang di soeroe oleh dokter
boeat menahan djangan sampe maoe sering-sering toempah. Itoe soesoe dan boeboer
jang soedah di makan tida kloear lagi. Kira-kira 15 minuut sabelonnja Papa
meninggal, Papa sendiri minta minoem lagi itoe aer djeroek sama stroop en ijs
dan kira 10 minuut sabelonnja Papa meninggal Papa minoem itoe serbat dan Papa
bilang lagi rasa enak dan seger minoem itoe, maka bermoela minoem sedikit, Papa
minta lagi sampe abis lebih dari ¼ glas. Abis itoe Papa rebahan lagi. Abis Papa
minta bangoen lagi, bilangnja maoe kentjing. Soepaja kaloe bangoen, Papa tida
pake banjak kekoeatan, soepaja djantoeng tida banjak bergerak, maka kaloe Papa
bangoen di bantoe oleh orang jang djaga. Di itoe waktoe jang ada di tempat
tidoer Mama dan soedara Ho Lie Nio, jang bantoe bangoenken Papa dari sebla
kanan dan kiri. Teehoe Gin Han (njonja Gin Han) jang lagi ambil tempat kentjing
soedah ada di deket tempat tidoer, sedeng saja poenja njonja baroe maoe masoek
ka itoe kamer. Baroe Papa doedoek di tempat tidoer, lantas Papa kapalanja melende
di dadanja Mama jang ada di samping kiri dan teroes meninggal zonder ada
soewara apa-apa, tjoema mata lihat sakedjep ka atas lantas toetoep boeat
selamanja. Djadi Papa meninggalnja ada dengen doedoek dan ada di tangannja
Mama. Kaloe sahandenja Papa tida minta bangoen, brangkali waktoenja Papa
meninggal tida ada jang tahoe, sebab meninggal jang begitoe gampang tentoe tida
bisa lantas orang dapet tahoe, apa lagi tentoenja tida ada jang kira jang Papa
bakal meninggal. Djoega sahandenja Papa meninggal di laen waktoe, tentoe tida
begitoe kabetoelan jang semoea familie-deket ada berkoempoel, sebab Mama, saja
poenja bini, soedara Ho Lie dan teehoe Gin Han, di bagi boeat djaga siang dan
malem. Di itoe waktoe saja ada di loear, lari masoek kamer, lihat Papa masih bersender
di dadanja Mama. Itoe waktoe saja kira Papa tjoema pangsan, tapi sabetoelnja
soedah meninggal, sebab badan semoea masih tinggal anget dan peroet masih
empoek. Sampe djam 5 sore tempo Papa di bikin bersih Papa poenja badan masih
tinggal anget dan lemes.
Page 4 of 7
Tan
Tjien Kie : Peringetan Wafatnya Majoor Tan Tjin Kie - Bagian IV
Written by Zhonghua Wenhua on 20 February
2012.
BAGIAN
4
Djadi
Papa meninggalnja pada tanggal 13 Februari 1919 (13 Tjhia-gwee Phia-in, tahoen
kie-bie 2470 atawa 12 Djoemadilawal 1849-1337), hari Phia-sin Kemis Wage, djam
1½ tengahhari Ka-ngo-sie, tjotjog dengen waktoenja bakar kertas tempo sembajang
Thie Kong, jang Papa sendiri jang tetepken, tjoema bedanja sijang dan malem
sadja. Dan itoe tanggal 13 Tjhia-gwee ada lahirnja Kwan Seng Te Koen.
(Hari-lahir jang betoel dari Kwan Seng Te Koen, jang orang baroe tahoe di
djaman Beng (Beng-Tiauw) ada di 24 Lak-gwee. Sabelonnja itoe dengen firmannja
Keizer dari djaman Song, di tetepken boeat di rajaken pada 13 Tjhia-gwee, dan
ini 13 Tjhia-gwee sebab soedah berdjalan beratoes-ratoes tahoen, maka sampe
sekarang troes saban tahoen di pake merajaken Kwan Seng Te Koen di dalem
gredja-gredja dan peroemahan-peroemahan, jang ada menjembajangi itoe afgod
besar. Sebab 13 Tjhia-gwee dan 13 Gouw-gwee, doea-doea, orang soeka seboet “Te
Koen She” maka ada jang kliroe kira, jang 13 Tjhia-gwee ada hari lahirnja Kwan
Tjin Koen (Kwan Peng Tjin Djin). Sedeng 13 Gouw-gwee ada hari lahirnja Kwan
Seng Te Koen, tapi ini kiraan ada salah, sebab 13 Gouw-gwee ada betoel-betoel
hari lahirnja Kwan Tjin Koen)
Papa
ada di lahirken di hari 25 Dji-gwee It-bauw, tahun Kwie-thoe 2404 atawa tahoen
Blanda 1853, hari Khe-tjoe Minggoe Pon, djam 12 tengah hari Djiem-ngo-sie,
mendjadi Papa sampe meninggalnja masoek oemoer 67 tahoen dan makan oemoer amper
66 tahoen.
Dari
12 Februari sore semoea familie soedah koempoel, maka waktoe Papa meninggal
semoea ada : Bini, soedara, anak, mantoe, keponakan, mantoekeponakan dan
laen-laennja lagi. Sahabisnja baroe meninggal banjak sobat-sobat jang dateng,
antara mana : familie The Wie Tiong, familie Tan Kong Boen, familie Oey Tek
Liem dan laen-laen. Djoega familie Eijken, Assistent-resident, familie Johan,
Controleur B.B., familie dari kraton-kraton Cheribon, ambtenaar-ambtenaar boemipoetra,
Luitenant Arab, orang-orang Arab dan laen-laennja lagi ada dateng di itoe sore
atawa besok paginja. Resident dengen njonja datengnja di laen hari, sasoedahnja
Papa masoek peti.
Djinazatnja
Papa di seka di dalem kamer, pada waktoe kira-kira djam 5 sore, sasoedahnja
baroe di pindah ka thia (zaal).
Pada
hari Djoemahat 14 Februari kira djam 4 sore Papa pindah ka atas peti, dan di
sitoe di pakei sioe-ie (pakejan mati) dan sasoedahnja di sembajangi, kira djam
5 sore baroe masoek peti dan djam 6 baroe selesi semoea.
Pada
19 Tjhia-gwee (19 Februari) sore (moelai sembajang djam 7½ sore, bakar kertas
djam 11 malem) di bikin sembajang 7 hari (tjo-tjhiet) di moeka peti.
Pada
22 Tjhia-gwee sore djam 7 peti di pindah ka samping, oleh 40 orang Hok Sioe Hwe
dengen berpakean thungsha poetih, sebab maoe kia-leng.
Pada
23 Tjhia-gwee sore (moelai sembajang djam 7½ sore, bakar kertas djam 11 malem)
di bikin sembajang Seng-hok.
Pada
1 Dji-gwee sore (moelai sembajang djam 7½ sore, bakar kertas djam 11 malem) di
bikin sembajang Twa-soen.
Pada
5 Dji-gwee sore (moelai sembajang djam 7½ sore, bakar kertas djam 11 malem) di
bikin sembajang Sio-Soen.
Pada
10 Dji-gwee sore (moelai sembajang djam 7½ sore, bakar kertas djam 11 malem) di
bikin sembajang Sio-Soen.
Pada
15 Dji-gwee sore (moelai sembajang djam 7½ sore, bakar kertas djam 11 malem) di
bikin sembajang Twa-soen.
Pada
20 Dji-gwee sore (moelai sembajang djam 7½ sore, bakar kertas djam 11 malem) di
bikin sembajang Sio-soen.
Pada
25 Dji-gwee sore (moelai sembajang djam 7½ sore, bakar kertas djam 11 malem) di
bikin sembajang Sio-soen.
Pada
30 Dji-gwee sore (moelai sembajang djam 7½ sore, bakar kertas djam 11 malem) di
bikin sembajang Twa-soen.
Pada
2 Sha-gwee sore (moelai sembajang djam 7½ sore, bakar kertas djam 11 malem) di
bikin sembajang besar.
Pada
5 Sha-gwee sore (moelai sembajang djam 7½ sore, bakar kertas djam 11 malem) di
bikin sembajang Sio-soen.
Pada
10 Sha-gwee sore (moelai sembajang djam 7½ sore, bakar kertas djam 11 malem) di
bikin sembajang Sio-soen.
Pada
14 Sha-gwee sore (moelai sembajang djam 8 sore, bakar kertas djam 3 malem,
sasoedahnja troes Tie-leng) di bikin sembajang Tie-leng.
Selaennja
sembajangan besar terseboet diatas, saban hari 3 kali dibikin sembajangan
ketjil dan menjalanja hio sampe tie-leng troes siang malem tida sampe mati.
Dari Februari ada banjak oedjan besar-besar,
lantas bebrapa minggoe tinggal kering dan dari tanggal 24 Maart troes April dan
Mei ada banjak oedjan besar-besar, jang sering-sering antero hari of antero
malem troes oedjan. Tapi selamanja di waktoenja bakar kertas, tida tahoe dapet
halangan dari oedjan.
Djoega
heran jang selamanja Papa triema tetamoe di hari ka satoe dari tahoen baroe,
baik siang, baik di waktoe sore, berpoeloeh tahoen, saja inget tida tahoe dapet
halangan dari oedjan. Papa bijasanja di hari tahoen baroe trima Resident,
Regent, ambtenaar B.B. dan laen toean-toean, doea kali, satoe kali siang djam
10, tjara officieel, dan ka doea kalinja dengen njonja di waktoe sore djam 7,
tjara receptie sore. Di blakang kali, 2 of 3 tahoen, Papa tjoema trima tetamoe
di waktoe sore dan moelai tahoen 1915 Papa tida trima tetamoe, ada doea kali
tahoen baroe, jang di waktoe sore antara djam 6-8 ada oedjan besar. Maka
sehandenja doeloe tempo tahoen baroe trima tetamoe ada oedjan besar tentoe
boeat datengnja tetamoe ada halangan, apa lagi sebab itoe tetamoe toean-toean
ada berpakean ada berpakean item dan njonja-njonja ada berpakean bagoes, sedeng
datengnja Resident pada djam 10 pagi, kretanja geescorteerd (di grebeg) oleh
desa-hoofden (koewoe-koewoe) neak koeda onder commando dari Ass. Wedana of
Wedana. Di blakang kali sasoedahnja Resident tida pake lagi songsong (pajoeng)
mas, baroe itoe escorte tida di pake.
Djoega
mengheranken jang sahabisnja Papa meninggal, sabelonnja di koeboer, Sri Padoeka
Toean W.J. Oudendijk, jag di angkat djadi Nederlandsche Gezant di Tiongkok,
dari perdjalanannja boeat pegi ka Tiongkok ada singga di Batavia boeat ketemoe
sama Sri Padoeka Jang Dipertoean Besar di Bogor. Toean Oudendijk ada kenal baik
sama Papa. Tambahan Sri Padoeka Toean Graaf van Limburg Stirum ada mengenal
djoega sama Papa, maka tentoe dari oendjoekannja Zijne Excellentie Oudendijk
dengan poetoesannja Zijne Excellentie Gouverneur Generaal, dan moefakatnja
Kandjeng Resident Cheribon, maka pengoeboeran djinazatnja Papa dapet kahormatan
militair.
Boeat
kahormatannja kematian, semoea di pake oleh familie pelatoeran tjara koeno,
jang sebrapa boleh di toeroet oleh Nabi dan Wali, dan apa jang soedah djadi
adat-biasa dari doeloe, maka sembajangan di atoer tjara koeno dan boeat familie
pake pakean waring dan kaen menta, semoea di toeroet tjara doeloe koetika Papa
mendjalanken kewadjibannja waktoe Engkong wafat.
Sabegitoe
banjaknja tempo, dari bermoela sampe pengabisan, djadi lebih dari 2 boelan,
selaloe di pake boeat kasedihan dan boeat mengoeroes kematian. Pakerdjaän jang
laen, di kesampingken. Familie mendjaoehi segala perhijasan badan dan doedoek
di bawah pada waktoe djaga djinazat, waktoe djaga peti djinazat dan waktoe
djaga medja sembajang. Di dalem zaal jang ada peti djinazat dan medja
sembajang, semoea medja korsi di laloeken.
Page 5 of 7
Tan
Tjien Kie : Peringetan Wafatnya Majoor Tan Tjin Kie - Bagian V
Written by Zhonghua Wenhua on 20 February
2012.
BAGIAN
5
Sebab
manoesia tida bisa berboeat dan berdjalan baik zonder kasihannja Allah, maka
dari kasihannja Toehan Jang Maha Kwasa dan dari redjekinja Papa, maka
anak-anaknja, mantoe-mantoenja, dan familienja bisa beroentoeng mendjalanken
kewadjiban dengen betoel.
Mingkin
deket harinja koeboer, mingkin njata, jang hari koeboernja Padoeka Papa bakal
dapet kahormatan jang besar sekali.
Di
tempat koeboeran, di gedong Pesisir dimana lagi di rijas kreta mati, di rumah
Tjangkol dimana lagi di bikin kreta aboe dan laen-laen, dari masih djaoeh
harinja koeboer, saben hari orang jang dateng nonton beratoes-ratoes dari
segala bangsa.
Di
hari 31 Maart soedah banjak orang dari mana-mana tempat jang dateng di kota
Cheribon.
Di
hari 1 dan 2 April kota Cheribon soedah djadi penoeh sama orang. Sewaännja
kandaran soedah djadi begitoe tinggi, jang kahar soedah naeken harga sewanja 8
kali of lebih dan auto 4 kali of lebih dari bijasa, sebab kahar jang bajarannja
dari station 25 cent naek sampe ƒ 2,-, jang bijasanja ke Tambak 75 cent naek
sampe ƒ 7,50 dan auto ka Koeningan bijasanja ƒ 20,- naek sampe ƒ 80,- of lebih,
maka banjak kahar di hari 1 dan 2 April, jang bisa ganti koeda, bisa dapet
sampe ± ƒ 50,- per kahar per hari, maski begitoe masih ada banjak orang jang
dari laen tempat, jang bisa bajar, tida bisa dapet kandaran, kepaksa moesti
djalan kaki. Hotel-hotel begitoe djoega. Seperti hotel Tiong Hieng di straat
Pekalipan bijasanja ƒ 1,- boeat satoe orang, di itoe waktoe di naeken sampe ƒ
10,- dan bajaran di minta lebih doeloe dan satoe kamer di djandji di isi 4
orang. Di hotel Blanda ada satoe jang di reken ƒ 15,- saorang dengen satoe
kamer di isi banjak orang. Kapitein Lim Joe Tiang dari Magelang ada dapet
mondok di hotel Hollandia, tapi temen-temennja (jang tjerita tida tahoe
nama-namanja tapi dia kira ada temennja Kapitein Lim Joe Tiang) jang tida bisa
dapet tempat di kota Cheribon, ada sewa auto pegi tjari tempat di Sangkanhoerip
dan laen tempat, dan sebab disitoe djoega soedah penoeh, maka dia djalan teroes
ka Koeningan dan disana dia dapet di hotel Flora satoe kamer di isi 5 orang
dengan dia kena bajar sewaännja satoe auto boeat satoe kali djalan ƒ 80,-
Tetamoenja
Keng Liong Tjan, ja pegi menginep di Sangkanhoerip kena bajar sewa auto jang
sekali djalan ƒ 30,-. Maka itoe pagie 2 April dari sabelonnja djam 4 pagi
soedah ada banjak auto jang pegi ka Koeningan boeat ambil orang-orang, jang ada
menginep di masing-masing tempat di sitoe.
Kreta
api S.S. dan S.C.S. lantaran tida tjoekoep kreta orang, ada pake kreta barang
(kreta G jang ketoetoep dan kreta H jang terboeka) boeat bawa orang. Itoe
trein-trein dari S.S. dan S.C.S., jang di itoe 2 hari di tambah pandjang sekali
dengen banjak kreta lagi, saban-saban penoeh dari orang, sampe banjak orang
dalem trein moesti berdiri. Toean C.Y. Ypma, Adjuct Inspecteur S.C.S., ada
tjerita jang orang begitoe banjak, belon tahoe djadi. Dia djoega dalem
roemahnja lantaran hotel-hotel penoeh, ada kasih pondok pada bebrapa
toean-toean S.C.S. dari Tegal. Dia bilang sajang tida ada orang jang bikin
loods-loods pondokan, jang tentoe bisa dapet oentoeng besar. Tapi siapa bisa
kira bakal djadi begotie banjak orang. Dia taksir banjaknja orang ada lebih
dari 200000. Dia djoega ada bilang di hotel-hotel banjak jang moesti tidoer di
medja korsi. Tjhinke Kwee Ping Wie tjerita, koetika dia naek spoor boeat dateng
di Cheribon, di kreta api penoeh orang berdesek-desek dan di sala-satoe station
dapet denger station chef lagi telefoon minta di kirim 11 kreta lagi.
Sampe
dengen kreta api jang dateng di hari 2 April djam 11 siang (djadi sasoedahnja
begrafenisstoet berdjalan) masih ada banjak njonja-njonja (orang laki tida
oesah di tjerita lagi) jang dateng, dan ini njonja-njonja ada troes berdjalan
kaki ka Doekoesemar boeat menjoesoel djalannja stoet, lantaran tida ada kahar.
Di
malem 1 ka 2 April di kota Cheribon kakoerangan tempat boeat orang tidoer.
Amper semoea roemah ada penoeh familie dan sobat-sobatnja jang dateng mondok
dari djaoeh-djaoeh, seperti Luitenant The Wie Tiong ada tjerita jang dia
sendiri ada kedatengan banjak familie jang mondok, sedeng di roemahnja
Luitenant The Han Tong penoeh familienja dari Pekalongan sampe boeat tidoer
moesti di atoer prampoean sama prampoean dan lelaki sama lelaki, sedeng anaknja
Luitenant The Han Tong sendiri moesti di pondoken sama laen familie. Tida ada
abisnja kaloe dengerken masing-masing orang tjerita, jang ada kepondokan
orang-orang dari,
dari Bandung dari Soerabaja enz. Seperti Sianseng Lim Liong Eng ada kepondokan
tetamoe-tetamoe dari Grisee Soerabaja, Njonja Jap Tjhian dalem roemahnja jang
ketjil ada kepondokan 2 njonja dari Kebajoeran, 1 njonja dari Kedoeng-Gede, 2
njonja dari Krawang, 1 njonja dari Batavia dan 7 njonja dengen anak dari Tegal,
djadi djoemblah 13 orang, dan njonja Gan Wie Djien, jang djoega roemahnja ada
kepondokan banjak njonja-njonja jang dia belon kenal, di blakang hari ada trima
barang persent 2 kaen Pekalongan dari satoe njonja jang bekas mondok di
roemahnja.
Roemah-roemah
perhimpoenan di mintai tempat menginep oleh orang-orang Tiong Hoa jang dateng
dari djaoeh-djaoeh, jang mampoe boeat bajar hotel tapi moendar-mandir tjari
pondokan tapi tida dapet, maka itoe orang-orang Tiong Hoa, sebab tida ada laen,
melengken di kasih tidoer di tiker-tiker sadja, seperti di roemah perhimpoenan
Kian Gie Hwe Koan ada trima kira-kira 50 orang njonja-njonja Tiong Hoa dari
Tegal, Tandjoeng, Bandjaran, Slawie, Kali-erang, Boemiajoe dan laen tempat,
jang lelaki di tolak; dan di roemah societeit Bian Hap Hwe ada kasih menginep
pada ± 30 orang Tiong Hoa lelaki perampoean dari Tegal, Tjomal, Pekalongan,
Magelang dan Djokja. Tapi masih ada brapa banjak orang jang tida dapet
pondokan, lantaran tida bisa tjari tempat, sampe orang tjari tempat di
Tjilimoes, Koeningan dan di tempat-tempat pemandian di itoe djalan ka
Koeningan. Orang-orang Blanda dari laen tempat jang dateng boeat lihat hari
koeboernja Papa ada banjak djoega, djoega ada officier-officier militair dari
Bandoeng dan Tjimahi. Di hotel-hotel banjak jang moesti tidoer di atas medja
dan di korsi, lantaran tida kebagian tempat. Jang dateng dengen auto, banjak
jang tidoer di dalem auto, sebab dari Bandoeng, Tegal, Pekalongan ada banjak
auto jang dateng dari orang Blanda, Tiong Hoa dan laen bangsa, djoega saja
denger ada auto dari Tjiandjoer dan laen-laen tempat. Dan ini auto-auto ada
banjak jang menginep di pinggi djalan.
Sianseng
Lim Kwat Tjiang (sekarang soedah djadi Luitenant) dari Djamblang ada tjerita,
jang pada 2 April pagi djam 6 dia soedah brangkat dari Djamblang, lihat
sepandjang djalan penoeh orang jang berdjalan ka Cheribon, sampe dia poenja
auto moesti jalan plahan dan dia dapet lihat trein S.C.S. jang lagi berdjalan
di samboeng begitoe pandjang dengen kreta-kreta barang di tarik oleh 2
locomotief, semoea penoeh diisi orang, sampe banjak jang moesti berdiri. Itoe 2
locomotief keliahtan ampir tida koeat boeat tarik. Dia bilang di Djamblang,
Ploemboen, Plered enz. di itoe hari tida ada pasar.
Pasar-pasar
dalem kota semoea kosong, tida ada orang djoealan, melengken di pasar Balong,
jang di lewati begrafenisstoet, ada orang djoealan makanan dengan harga jang
kliwat mahal dan itoe pasar Balong ada penoeh dari orang nonton. Djangan lagi
pasar-pasar di kota; pasar-pasar di loear kota, seperti soedah di trangken di
atas, djoega djadi kosong. Di kampoeng-kampoeng Tionghoa di loear kota dan
straat-straat dalem kota jang tida di lewati begrafenisstoet, semoea
roemah-roemah di toetoep, tida ada orangnja, maka ada orang kata, kaloe
kedatengan rampok begimana, tapi di itoe waktoe tentoe tida ada jang maoe inget
pada itoe
Bebrapa
orang dari Djamblang ada tjerita, jang sasoedahnja sangseng (anter ka koeboer)
dia kombali ke Djamblang, lihat di sana kesana-kemari masih begitoe sepi, sampe
dia dapet perasaän tida enak, rasa soenji di pikiran.
Kota
Cheribon belon tahoe lihat datengnja orang begitoe banjak seperti di itoe
waktoe, jang banjaknja orang ada berlipet-lipet lebih besar dari karamean
waktoe moeloed, kaloe pelal pandjang djimat kloear, berlipet-lipet lebih besar
dari karamean pesta Radja, di karamean Tjapgouwme dan di karamean apa djoega.
Pendeknja kota Cheribon belon perna kadatengan orang begitoe banjak dari segala
bangsa, seperti waktoe djinazatnja Papa di koeboer. Maski orang ada begitoe
banjak dan diantaranja ada banjak jang koerang makan dan koerang tidoer, tapi
dari kasihannja Toehan Jang Maha Kwasa semoeanja ada slamet, tida ada kedjadian
katjilakaän sewatoe apa.
Di
djalanan jang di liwati stoet, orang-orang djoealan ijs di djoeal abis dengen
harga mahal, ada djoeal aer per gelas 10 cent dan waroengan ada djoeal aer per
kendi ƒ 1,-
Kira
djam 11 siang di djalan-djalan soedah tida ada makanan lagi, semoea makanan
soedah di djoeal abis.
Page 6 of 7
BAGIAN
VI
Di Doekoesemar ada banjak waroengan makanan,
jang barang makanannja di djoeal dengen harga mahal, seperti sapintjoek nasi
jang harga bijasa tjoema 1 cent di djoeal boeat 10 cent ka atas.
Di
moeka boei-baroe ada tanah kosong. Disitoe koewoe manten dari desa Pekalipan
bikin tribune di toetoep atep (panggoeng pake tingkat-tingkatan dari bamboe)
boeat orang nonton, dengen harga tempat 25 sampe 50 cent menoeroet tempatnja di
tingkatan atas atawa bawah. Sabelonnja tribune ini abis di bikin, semoea tempat
soedah di djoeal abis. Pada sabelonnja 2 April orang beratoes-ratoes minta
tempat lagi, sampe itoe tribune di tambah lebih besar lagi dengen ambil bajaran
3 kali lebih mahal, tapi masih koerang, maka di toeloeng dengen korsi-korsi,
jang itoe koewoe dapet sewa lagi dengan amat berat sampe 75 cent, jag koewoe
bajar boeat satoe korsi. Disitoe boekan sadja orang Tiong Hoa dan Boemipoetera
jang doedoek nonton, tapi banjak orang Europa.
Djoega
banjak orang naek di poehoen-poehoen, jang ada di sepinggir djalan, boeat dapet
lihat. Boekan saja toean-toean Europa tapi ada bebrapa njonja-njonja of
nona-nona Europa jang toeroet naek di poehoen-poehoen. Di loteng-loteng
(lauwteng, bovenverdieping) dari roemah-roemah sepandjangnja djalan ada penoeh
dengen penonton. Djoega di djalan ada banjak orang Europa jang pegang Camera
dan kodak (pekakas boeat ambil gambar). Toean Pijttersen, agent Linde Tevest
Tegal, ada maoe kasih saja beberapa gambar dari begrafenisstoet, jang itoe hari
dia sendiri ada ambil.
Di
itoe 2 April sampe di waktoe sore masih ada banjak orang di djalan, jang
menoenggoe liwat kombalinja stoet sebab dia kira jang kombalinja dari koeboeran
djoega pake oepatjara, sedeng kombalinja tjoema pake kreta. Di
kali moeka kebon Tambak ada banjak orang nonton kedjeboer di kali (ini kali
tida dalem), lantaran kaoesir oleh agent politie Blanda, jang djaga soepaja di
tengah djalan tinggal vrij boeat djalannja stoet, tapi tida ada katjilakaän
apa-apa. Kapitein Khouw Oen Hoeij dari Betawi, jang ada deket disitoe dengan
Sianseng Tan Taij Hok Cheribon bersama Luitenant Thung Tjoen Ho dari Bogor,
Sianseng Tan Tek Haij dari Lampegan dan laen-laen lagi, kaget kira ada orang
mengamoek dan Kapitein Khouw Oen Hoeij tjerita jang doeloe koetika Papanja
(Luitenant Khouw Tjeng Ke) di koeboer, ada orang ngamoek, sampe ada 7 orang
jang mati. Ini menoeroet tjeritanja Engko Tan Taij Hok
Di 1 April malem dari moelai djam 7 sore,
kendati di djaga politie, soedah ada banjak orang prampoean dari segala bangsa
jang bisa masoek di roemah kematian, dan diantara itoe orang-orang prampoean,
ada jang mengenal, ada djoega njonja-njonja dari Betawi dan laen tempat jang
djaoeh-djaoeh, jang ada familie dari orang-orang kaja. Orang lelaki jang bisa
masoek tida banjak, sebab orang lelaki di tahan lebih keras oleh politie.
Mingkin malem roemah kematian mingkin penoeh dari orang, dan jang bikin orang
heran, jang orang jang ada di sebla moeka, kendati berdiri djam-djaman tida ada
nijatan boeat poelang, seperti ketarik oleh kekoeatannja peti mati, jang dia
lihat zonder merasa bosen of tjape, sampe saban-saban kepaksa moesti di minta
moendoer soepaja jang laen bisa madjoe. Itoe malem dari sore sampe deket pagi
di roemah kematian masih penoeh orang. Kira amper djam 2 malem, saja tjoba maoe
tidoer boeat sabentar, tapi tida bisa, sebab di moeka kamar saja, masih ada
banjak njonja-njonja; dan saja tjari-tjari tempat jang sepi asal boeat bisa
bebaring sadja, tapi tida bisa dapet, sebab dimana-mana saantero besarnja
roemah ada banjak orang sadja. Di itoe waktoe amper djam 4, di straat masih
penoeh orang, maka di itoe malem ada banjak orang jang tida tidoer, sebab
antero malem sampe pagi straat Pasuketan dan Kanoman tinggal penoeh orang. Dan
saja denger, di mana-mana straat di kampoeng Tionghoa ada banjak orang tidoer
di stoep-steop (gimkhi-gimkhi). Familie kita itoe malem amper semoea tida ada
jang tidoer. Pangeran Raardja-dirdja dari kraton Katjerbonan, mertoeanja Regent
Cheribon, Raden Adipati Aria Salmon Salam Soerja Di Ningrat, ada tjerita jang
di itoe malem sampe di straat Katjerbonan ada banjak orang dan kadengaran swara
auto sampe pagi dan dia ada kedatengan djoega banjak kenalan dari
djaoeh-djaoeh, dan di itoe malem dia poeles seperti tida poeles, dapet mengimpi
ketemoe sama Papa jang ada berpakejan djas item dan tjelana poetih, ada di
roemah besar dan bagoes, jang dia tida kenal dimana, tapi Papa ada kasih tabe
slamet tinggal padanja, lantas Papa masoek dalem itoe roemah.
Kira
djam 1 malem, peti mati di angkat oleh 40 orang Tionghoa, jang pake thungsha
poetih, di pindah di tengah, dan medja-medja sembajang di pasang di depannja.
Kira belon djam 6 pagi soedah moelai sembajang, dan sebab ada banjak orang jang
toeroet sembajang dan moerid-moerid sekolah Tiong Hoa Hwe Koan Cheribon, Tiong
Hoa Hwe Koan Waled dan Tiong Hoa Hwe Koan Djamblang ada njanjiken di moeka
medja sembajang njanjian-njanjian jang sedih, maka sampe amper djam 9 orang
sembajang baroe slesi. Menoeroet programma brankatnja begrafenis di
tetepken pada djam 9 pagi, tapi amper djam 10 baroe bisa brankat, lantaran lama
toenggoe datengnja kreta mati. Kandjeng
Toean dan Njonja Resident dan Ambtenaar-ambtenaar serta toean-toean particulier
dengen njonja-njonja dari kira djam 8½ soedah koempoel, begitoe djoega wakilnja
Sripadoeka Toean Soesoehoenan, Toean Pangeran Ario Mangkoediningrat, Major b/d
generale staf dan Toean Consul Generaal dari Tiong Kok. Djoega barisan militair
jang ada di loear dari sabelonnja djam 9 soedah sedija. Di
itoe hari atas prentahnja Pembesar Negri djalan-djalan jang di liwati stoet
dari djam 7 sampe stoet soedah meliwati di toetoep boeat auto, kreta, fiets,
kahar dan grobak. Djoega orang djalan tida boleh di tengah.
Di
sepandjangnja djalan kanan-kiri dari roemah kematian sampe di Tambak saban 20
meter bediri satoe agent politie dan jang ikoet sama stoet di atoer kanan dan
kiri saban 10 meter ikoet berdjalan satoe politie, maka 600 politie dari
district-district dan desa-desa di datengken di kota Cheribon.
Dienstnja
(djalannja) autobus dari kota ka Koeningan dan dari Koeningan ka kota di robah.
Kawat-kawat dari telefoon di naeken ka atas
atawa di potong (di bikin poetoes) boeat sabentaran.
Bank-bank
dan kantoor-kantoor itoe hari di toetoep, begitoe djoega toko-toko.
Di
dalem tempo banjak oedjan, oentoeng jang di hari 1 April tjoema oedjan sabentar
di waktoe lohor, tjoema boeat bikin basa straat sadja dan di hari 2 April
antero hari di kota terang. Sebab mata-hari ada terang, maka boeat orang
sangseng ada panas, tapi bagoes boeat filmopname, sebab keramean di itoe hari
di bikin film.
Banjaknja
auto di itoe hari dari tetamoe jang dateng di roemah kematian boeat sangseng
ada memenoei straat dari pengkolan Pasewan sampe penkolan Talang.
Auto-auto,
kreta-kreta dan kahar-kahar jang ada berdjalan di blakang kreta mati
pandjangnja ada 2 paal, sebab toean Razoux Kuhr bilang, kreta mati soedah
djaoeh liwat boei-baroe, kandaran-kandaran kelihatan di Spoorbaan S.C.S. belon
poetoes.
Bangsa
Tiong Hoa amper semoea lelaki baik prampoean djalan kaki. Djoega ada bebrapa
toean-toean Europa jang berpakejan item dan bebrapa njonja-njonja Europa
toeroet djalan kaki. Djoega jang toeroet anter djalan kaki ada banjak
toean-toean Prijaji dan toean-toean bangsa Arab.
Pandjangnja
oepatjara dari Khaij Louw Sin sampe kreta mati ada 800 meter.
Kreta
mati sampenja di tempat pakoeboeran kira-kira liwat djam 12 tengah hari.
Koetika kreta djinazat meliwat, banjak toean-toean Europa jang beradat sopan
jang ada menonton di pinggir-pinggir djalan, boeka dia poenja topi dan ada
banjak njonja-njonja Tiong Hoa jang soeka membri hormat angkat dia poenja doea
tangan lantas paij (sodja).
Djoega
di itoe waktoe koetika kreta djinazat sedeng meliwat, semoea orang ada dijem
dan saja dapet denger jang dari sebla moeka, brangkali dari liat angkernja
Khaij Louw Sin djoega semoa dijem, tida ada yang bersoewara keras.
Besar
sekali penglihatannja (indrukwekkend) koetika peti djinazat di bawa kloear di
tangisi oleh familie, troes dengen tjepet zonder ada soewara di kasih naek di
atas kreta, jag ada perak-peraknja peti berkilat ketjorot oleh mata hari,
lantas barisan militair kasih salvo, sedeng satoe koempoelan boeroeng (orang taksir
kira ada 50 boeroeng) terbang berkali-kali poeter-poeter di atas peti. Ini
boeroeng aneh sekali, ada jang bilang boeroeng tepekong ada jang bilang
boeroeng dedali, ada jang bilang boeroeng katjer. Mana jang betoel saja tida
tahoe, sabeb saja sendiri tida banjak mengenal boeroeng, maka saja tida tahoe
apa boeroeng tepekong dan dedali bisa njanji begitoe njaring dan sedih dan apa
boeroeng katjer bisa terbang bepoeter seperti di itoe hari. Sabegimana saja
tahoe boeroeng katjer tida bisa terbang tjara begitoe dengen banjak temenja
rame-rame. Itoe boeroeng-boeroeng jang terbang di atas peti ada troes (tida
brenti) njanji rame sekali, sedeng terbangnja di atas peti moeter seperti
djalannja angin poejoe. Roepanja dia kloear dari poehoen asem, jang ada di pinggir
djalan, sebab sasoedahnja dia terbang lama, saja lihat dia masoek di dalem
poehoen, jang sabentar lagi kloear lagi dari itoe poehoen dan terbang lagi di
atas peti. Bisa djadi djoega ada lebih dari satoe rombong, djadi
berganti-ganti, satoe rombong masoek laen rombong kloear, sebab ini permaenan
ada berdjalan lama sekali, dan tida takoet boenjinja senapan. Saja sendiri ada
lihat itoe boeroeng-boeroen terbang dan setengah mengawasi koetika itoe
boeroeng masoek dan kloear dari poehoen asem, tapi saja tida bisa bilang itoe
boeroeng ada matjem apa, sebab saja tida bawa katja mata, apa lagi boeroeng
lagi terbang tentoe soesah boeat bisa di liat terang, djoega di dalem poehoen
asem jang ada banjak daon, tida bisa keliatan. Itoe boeroeng-boeroeng
terbangnja tida djaoeh, tida ada brapa meter di atas peti, tapi sebab
doedoeknja peti sendiri soedah tinggi maka di kira tingginja itoe boeroeng
terbang ada 5 meter. Sabetoelnja seperti hauwlam, saja poenja mata moesti
selaloe ada di peti, tapi sebab kabesarannja di itoe hari ada loear bijasa,
maka tida bisa tida saja moesti goenaken saja poenja mata dan koeping boeat
dapet lihat dan denger apa jang ada dan kedjadian di itoe hari, soepaja saja
bisa bikin tjatetan boeat jang teroetama peringetannja saja sendiri. Maka koetika
kreta djinazat berdjalan, dimana saja sendiri ada di sampingnja, maski saja
merasa maloe pada diri saja sendiri, tida oeroeng saja poenja mata dari
blakangnja toedoeng dari kaen waring tempo-tempo lihat ka kanan dan ka kiri.
Djoega saja merasa maloe, jang saja dengen familie di ambil potretnja koetika
ada di samping kreta lajon, di samping peti-djinazat dan koetika ada di
koeboeran, sebab ambil potret dengen familie teratoer ada lebih setoedjoe
(mirip) dengen perkara kasenengan, tapi sebab menimbang jang kabesarannja itoe
waktoe-waktoe haroes vereeuwigd (soepaja bisa tinggal slamanja) maka saja
toeroet sadja apa jang soedara Gin Han hendaki.
bersambung
ke bagian VII
Budaya-Tionghoa.Net
|Mailing-List Budaya Tionghua
SUMBER
TAUTAN [ http://budaya-tionghoa.net]