Tempo
27 Oktober 1973. Penangkapan terhadap tokoh-tokoh angkatan muda Siliwangi (AMS)
terus berlanjut karena berkaitan dengan peristiwa 5 Agustus di Bandung.
Beberapa perwira kodam VI Siliwangi disinyalir terlibat G30S/PKI.
BARANGKALI
benar juga sisa-sisa PKI yang mendalangi peristiwa 5 Agustus di Bandung, seperti
pernah dilaporkan Men Hankam Jenderal Panggabean di hadapan DPR.
Setidak-tidaknya inilah pula yang diakui Jenderal Sumrahadi, Kepala Pusat
Penerangan Hankam, ketika kepada pers dikatakannya bahwa memang telah terjadi
penahanan-penahanan terhadap beberapa perwira pertama dan menengah di
lingkungan Kodam VI Siliwangi. “Ini adalah hasil pembersihan rutin dalam tubuh
ABRI dari sisa-sisa G.30.S/PKI”, katanya. Pengakuan Sumrahadi menyusul
pengakuan dari fihak Kodam Siliwangi sendiri, meskipun tidak menyebutkan
namanama mereka yang ditahan, kecuali menambahkan bahwa “penangkapan
perwira-perwira itu tidak ada hubungan nya dengan penahanan beberapa tokoh
Angkatan Muda Siliwangi”.
Ada
atau tidak ada hubungannya, yang jelas bersamaan dengan itu serentetan penangkapan
telah dilakukan terhadap beberapa tokoh Angkatan Muda Siliwangi (AMS).
Penangkapan tokohtokoh AMS ini agaknya menyusul penangkapan atas tidak kurang
dari 30 orang dari organisasi yang telah ditahan sejak peristiwa 5 Agustus.
Salah sebuah pengakuan dari anggota AMS yang di tangkap menyebutkan tentang
adanya rapat kilat pada jam 5 sore tanggal 5 Agustus itu di Cimahi oleh distrik
AMS setempat. Hadir pula di sini seorang dari unsur pengemudi becak — yang
barangkali menguatkan pernyataan Jenderal Panggabean bahwa peristiwa ini
digerakkan olch Glabek alias Glandangan tadi. Tapi beberapa saat kemudian
sekelompok pemuda dengan menumpang truk meninggalkan kota Cimahi menuju
Bandung. Pengakuan berikutnya membenarkan bahwa pengerahan massa ini adalah
hasil rapat singkat tadi.
Bisa
lumpuh. Tetapi Tatto Sugiarto. wakil ketua umum PP — AMS yang juga adalah
anggota DPR — RI, membantah seolah-olah dengan demikian organisasi nya telah
terlibat. “Memang ada beberapa anggota AMS yang terlibat dalam peristiwa
tersebut”, kata Sugiarto.”Namun secara organisatoris AMS pasti tidak terlibat”.
Malahan, menurut pimpinan AMS yang lain, kalau organisasi ini benar-benar
terlibat ten tulah kejadian itu tidak hanya berlangsung dalam waktu 6 jam.
Katanya, kalau AMS turut serta dalam keributan itu, “tentulah Jawa Barat
seluruhnya bisa lumpuh”. Tetapi Ami Sumoru ketua AMS distrik Cimahi/ Bandung
dan Hirmat Ruhimat ketua bidang organisasi AMS distrik Cimahi/ Bandung –
keduanya juga adalah anggota DPRD Kotamadya dan Kabupaten Bandung – adalah
orang-orang pertama yang diamankan Laksus setempat. Sekretaris AMS Cimahi, Yana
Sutiana, diciduk pada hari-hari berikutnya, di samping Rahman Oka wartawan
Indonesia Ekspres. Dua orang pimpinan AMS yang lain, yaitu Tjetje Hidajat dan
Tatto Sugiarto, masing-masing sebagai ketua umum dan wakil ketua umum PP — AMS
dan anggota DPR — RI, yang semula dikabarkan telah ditahan pula, hingga pekan
lalu masih berada di Jakarta menjelang masa reses DPR. Tetapi “saya siap
ditahan”, kata Tatto kepada TEMPO.
Sementara
itu dari Bandung TEMPO mendapat keterangan bahwa beberapa perwira Kodam
Siliwangi yang ditahan itu, adalah letnan kolonel Rasmita Usman, wakil staf
kekaryaan daerah Jabar dan eks asisten I Kodam VI, yang pertama mendapat
giliran ditangkap. Perwira ini kabarnya sudah mulai di curigai semenjak
peristiwa 19 Agustus 1966 yang juga di Bandung, yaitu ketika dia menjabat
sebagai asisten I Kodam. Kecurigaan lain terhadapnya konon atas segala tingkah
polahnya ketika masih menjadi Dan Dim Indramayu, sehingga fthak Kodam telah
tidak merestuinya waktu AMS mencalonkannya untuk menjadi bupati Indramayu daiam
operasi Sulintang belum lama ini. Di samping Kolonel Abas — yang juga pernah di
periksa dalam hubungan ini — Rasmit termasuk dua tokoh yang menjadi sponsor
pembentukan AMS menjelang pemilu baru lalu.
Lebih
banyak lagi. Masih ada 4 orang perwira lagi yang terkena pembersihan itu:
Letkol Sunarto, mayor Udin Iskandar, mayor Hatta dan Letda pensiunan Rukman.
Semuanya bekas bawahan Rasmita di Sudam I Kodam. Mayo Udin termasuk salah
seorang perwira yang menjadi anggota team pemeriksa peristiwa 5 Agustus,
sementara mayor Hatta pernah menjadi ajudan HR Dharsono, ketika yang terakhir
ini masih menjadi panglima Siliwangi. Penahanau Rukman karena terbukti di tahun
50-an dia pernah disumpah sebagai anggota PKI. Dan semua ini, kabarnya, akan
makin mengungkapkan jaring-jaring PKI lebih lanjut dalam tubuh Siliwangi
Sehingga tidak mustahil penahanan bakal lebih hanyak lagi.