Tempo
3 Februari 1973. Kontingen Indonesia untuk Komisi Pengawas Internasional tiba
di Vietnam. Bertugas mengefektifkan perse tujuan-persetujuan yang
ditandatangani di Paris. Di pimpin oleh Letjen HR Dharsono dan Brigjen Wiyogo.
MENEMPUH
waktu penerbangan 4« jam, rombongan pertama dan kedua Garuda IV, kontingen
Indonesia untuk Komisi Pengawas Internasional di Vietnam, telah tiba di Saigon
hari Minggu dan senen tadi. Dari 290 orang anggota seluruhnya, rombongan yang
telah berangkat itu baru, berjumlah 135 orang, sementara sisanya disusulkan
beberapa hari kemudian. Semuanya terdiri dari 132 orang perwira menengah, 90
kapten dan 49 bintara di samping 17 petugas Deplu dan Letjen HR Dharsono serta
Brigien Wiyugo masing-masing sebagai pimpinan dan komandan kontingen. Garuda IV
yang merupakan kesatuan dari berbagai angkatan dalam ABRI serta kepolisian,
adalah salah satu dari 4 kontingen di samping Kanada, Polandia dan Hongaria.
Menurut Brigjen Sumrahadi dari Puspen Hankam, tugas pokok kontingen-kontingen
itu ialah untuk mengefektifkan persetujuan-persetujuan yang telah
ditandatangani di Paris. Ini meliputi pengawasan dan pencegahan terjadinya
pelanggaran-pelanggaran status quo, mengawasi evakuasi. pasukan-pasukan yang
pernah saling memerangi, mengawasi pertukaran tawanan dan pemindahan alat-alat
perang. Karena itu masih split dibayangkan hingga berapa lama
kontingen-kontingen tadi berada di Vietnam. Tidak mustahil, sebagai pernah
diuraikan Menlu Adam Malik, mereka akan bertugas sampai pemerintahan baru basil
pemilihan umum terbentuk. Yang pasti, begitu keempat kontingen tiba di Markas
Besar ICCS/International Commission of Control allcl trpervision) di Saigon
berbagai team’ dibentuk. 7 buah team bertuga’s sebagai. pengawas regional, 3
team di Saigon Gia Dinh, 26 team disebar ke seluruh wilayah Vietnam Selatari,
12 team yang khusus di daerah-daerah pantai perbatasan, 7 buali lagi untuk
mengatur pengembalian tawanan sementara 7 team yang lain untuk togas-togas
umutn, Dan, “segala peralatan, fasilitas dan logistik kontingen ditanggung
masing-masing pemerintah” kata Sumrahdi, beberapa hari Jum’at minggu lulu.
Pindad. Dan mungkin untuk meat. bedakan diri dengan kontingen-kontingen
lainnya, para anggota Garuda IV secara khusus membawa barang-barang
perlengkapan buatan sendiri. Untuk penis-jenis senjata ringan – karena tidak
diperkenankan membawa senjata berat – seperti pistol kaliber 9 mm dan
pisau-pisau semuanya bennerk “made in Pindad” Bandung. Tetapi selebihnya tentu
saja kontingen Garuda IV membawa beban tugas yang tidak ringan, bukan hanya
karena Indonesia secara langsung punya kepentingan kalau ada perdamaian di
Vietnam, tetapi juga untuk membantu rakyat di kawasan sana yang sudah cukup
bosan dengan perang seperempat abad itu. Sumber,
http://peristiwanasional.wordpress.com/