Tempo
01 Oktober 1977. TUBUHNYA jadi sedikit gemuk. Kemudian oleh dokter dianjurkan
untuk olahraga. Ini kemudian dilakukannya dengan lari pagi di sekeliling tempat
tinggalnya.
Minggu
sub uh 25 September, dalam keadaan mandi keringat, salah seorang tetangganya
menegur. Kalim atnya terakhir uma: “Wah, badan saya kuat kok.” Beberapa menit
setelah itu dia tersungkur — dan tidak sadarkan diri. Zaini, 51, tahun,
meninggal sekitar jam 06.30. Dan kita kehilangan “orang yang gemar bekerja,”
demikian Ajip Rosidi memberikan sambutan pemakaman, “orang yang tidak suka
mencampuri persoalan lain.” Kelahiran Pariaman Zaini mempunyai pendidikan resmi
sampai kelas 5 Sekolah Rakyat saja. Ketika jadi penunggu warung nasi, di dekat
warung itu ada dua pelukis besar yang sedang berkarya: Sudjojono dan Affandi.
Dari kedua orang inilah Zaini secara tidak langsung berguru. Dan dia tekun
sebagai otodidak. Ayah lima orang anak yang sudah meningkat besar ini mula-mula
meyakinkan lewat teknik melukis pastel yang sangat trampil. Ketika badan
kebudayaan Sticusa dulu memberinya seperangkat cat minyak untuk melukis menurut
pesanan, Zaini belum tahu bagaimana teknik melukis dengan cat minyak. Itu di
awal 1950. Di akhir hayatnya, terbukti dia bisa mencapai teknik lukis cat
minyak setaraf dengan teknik pastelnya. Dan dia jadi pelukis paling produktif.
Dalam waktu singkat, dia bisa mencapai sekitar 2000 buah lukisan sementara Affandi
baru sekitar 1000 buah. Zaini gemar melukis perahu, danau, atau burung dengan
kesan puitis. Beberapa tahun, secara rutin dan tetap, dia selalu melukis di
studio pelukis Sriyani, jam 14.00 sampai 18.00. Sejak diangkat jadi anggota
Dewan Pekerja Harian Dewan Kesenian Jakarta mulai l 968, selalu orang bisa
menemukannya di Taman Ismail Marzuki. Hadir dalam pemakaman antara lain
Gubernur Tjokropranolo, pejabat tinggi DKI Wardiman SH, D. Djajakusuma dan
rekan-rekan dari DKJ/TIM, Rosihan Anwar, Alex Papadimitrou, para pelukis,
orang-orang film, para seniman lain dan wartawan ditambah para mahasiswa LPKJ.
Almarhum juga salah seorang Dosen Akademi Senirupa lembaga pendidikan kesenian
tersebut.