Tempo
03 Juni 1978. HAJI Johanna Siti Menara Saidah Chaerul Saleh — L. Datoek
Toemenggoeng meninggal Sabtu, 19 Mei yang lalu. Teman-teman dekatnya biasa
memanggilnya dengan sebutan zus Yo dan masyarakat sekelilingnya biasanya
memberi panggilan kepada almarhumah Ibu Yo Chaerul Saleh. Ibu Yo semula
menderita kanker payudara. Beberapa bulan yang lalu menjalani operasi dan
sukses. Tapi benalu kanker ini akhirnya toh menyerang paru-parunya. Itu
diagnose dokter di bulan Pebruari. Bulan berikutnya Ibu Yo dirawat secara
intensif di rumah sakit. Pertengahan April pulang ke rumah dan hanya bisa
berbaring saja di rumah. “Fisiknya terlalu lemah,” ujar salah seorang anak
angkatnya “kalau berbicara agak lama dengan para tamu, ibu akan tampak letih
sekali.” Wakil Presiden Adam Malik memang pernah menawarkan kepada almarhumah
untuk berobat ke luar negeri. Tapi telah ditolak tawaran itu. Apapun yang
terjadi, Ibu Yo lebih senang berada di dalam negeri. “Dan ibu tampak sudah
pasrah,” tutur si anak angkat. Lahir di Jakarta 58 tahun yang lalu, gadis
Johanna menikah dengan pemuda Chaerul Saleh di tahun 1940. Semasa hayatnya,
almarhumah pernah jadi guru taman kanak-kanak, guru SD, jadi wartawati Antara
(desk Dalam Negeri) dan bekerja di Jawatan Penerangan Jawa Barat. Di masa revolusi
fisik, Ibu Yo anggota Laswi yang berani. “Dia penghubung kami yang cekatan dan
berani,” ujar Haji Aseni, orang Jakarta yang juga aktif dalam Barisan Pelopor.
Kemudian Ibu Yo duduk sebagai Ketua I Dewan Harian Daerah, Angkatan ’45 DKI
Jaya. “Ibu tidak meninggalkan pesan apa-apa,” ujar salah seorang anak angkatnya
lagi. Perkawinannya dengan almarhum Chaerul Saleh tidak dikaruniai anak. “Hanya
satu permintaannya, Ibu minta dimakamkan di samping kuburan suaminya.”