Anjar Dimara Sakti.
---------------------
Pemira
KM ITB 2012 sudah usai. Presiden KM ITB 2012/2013 sudah terpilih. 38,48 % suara
dari 6860 suara sanggup diraih oleh calon C, Anjar Dimara Sakti Geodesi 08.
Anjar berhasil mengungguli ketiga kompetitornya ; Mohamad Ashyari Sastrosubroto
( 23,7 %), abstain (22,16 %), dan Taufik Nurcahyo (14,66 %). Anjar dipastikan
akan memimpin KM ITB satu tahun ke depan.
Mengutip
dokumen dari Grup Facebook ke-SAKTI-an, Anjar menulis “Saat saya diputuskan
sebagai Presiden KM ITB terpilih, maka saya akan memiliki suatu tim yang
disebut dgn Tim Kementerian. Tim Kementerian ini terdiri atas promotor, tim
sukses, pendukung, dan expertise bidang-bidang tertentu (misal: PM,
Keprofesian, Eksternal, Kaderisasi, dll) dari berbagai lembaga kemahasiswaan di
kampus ITB. Tim Kementerian ini akan bekerja dan dibagi berdasarkan bidangnya
masing-masing. Tim ini pula yang akan merumuskan gerakan bidangnya
satu tahun kepengurusan. Tim per bidang ini kemudian bertemu dan mendata seluruh lembaga kemahasiswaan sehingga dirumuskan suatu database yang mendefinisikan potensi dan karakteristik setiap lembaga. Setelah rumusan bidang dan menteri terpilih, saatnya menyatukan titik temu itu. Proses penyatuan potensi menuju suatu titik temu tersebut dieksekusi dalam forum Ganesha Merangkai Titik Temu. Merangkai titik temu ini dilakukan oleh masing-masing bidang. Sebenarnya, satu titik temu tidak serta merta terjadi dalam benar-benar satu titik temu saja, namun hasil dari titik temu di berbagai bidang. Bersama berbagai lembaga (dibagi per bidang) yang telah diminta inputan dan dilanjutkan dengan obrolan kultural, pada forum tersebut akan ditentukan program-program yang akan dieksekusi selama satu periode kepengurusan kabinet KM ITB”.
satu tahun kepengurusan. Tim per bidang ini kemudian bertemu dan mendata seluruh lembaga kemahasiswaan sehingga dirumuskan suatu database yang mendefinisikan potensi dan karakteristik setiap lembaga. Setelah rumusan bidang dan menteri terpilih, saatnya menyatukan titik temu itu. Proses penyatuan potensi menuju suatu titik temu tersebut dieksekusi dalam forum Ganesha Merangkai Titik Temu. Merangkai titik temu ini dilakukan oleh masing-masing bidang. Sebenarnya, satu titik temu tidak serta merta terjadi dalam benar-benar satu titik temu saja, namun hasil dari titik temu di berbagai bidang. Bersama berbagai lembaga (dibagi per bidang) yang telah diminta inputan dan dilanjutkan dengan obrolan kultural, pada forum tersebut akan ditentukan program-program yang akan dieksekusi selama satu periode kepengurusan kabinet KM ITB”.
Saya
rasa tidak ada hal yang ditonjolkan pada saat Anjar memimpin KM nanti. Ide-ide
dan rencana yang akan dilakukan hanya seputar masalah internal kampus. Masalah
penguatan internal kabinet. Dari pernyataan diatas terlihat, Anjar menyerahkan
sepenuhnya pada tim. Anjar terlihat kurang kredibel dan cenderung bermimpi
sempit. Ini yang seharusnya dihindari oleh Presiden KM.
Sebagai
Presiden KM ITB, Anjar seharusnya menganalisis masalah mahasiswa ITB secara
mayoritas. Sebenarnya, hal apa yang kurang dari mahasiswa ITB, itulah yang
menjadi skala prioritas. Misalkan, ada yang menyebut mahasiswa ITB apatis
dengan politik nasional. Sabagai Presiden Mahasiswa, Anjar seharusnya mencari tahu
apakah hal ini benar menurut kawan-kawan BEM dan KM universitas lain.
Universitas lain disini tidak langsung merujuk ke universitas-universitas besar
lain seperti UI dan UGM, namun bisa mulai dari universitas-universitas yang ada
di Bandung. KM ITB dapat meminta inputan pada mereka atau bahkan menginisiasi
bersatunya BEM seluruh Bandung. Kalau KM ITB ingin berbicara tentang Indonesia,
cara-cara seperti inilah yang selayaknya dilakukan.
Saya
pernah mendengar ungkapan dari Rizal Ramli (FI’ 73, Mantan Menko Perekonomian
Era Gusdur) , “Kepemimpinan adalah satu hal yan menjadi masalah besar
kemahasiswaan ITB saat ini. Pernah saya tanya salah satu Presiden BEM di
Bandung tentang siapa Presiden KM ITB, Ia pun menjawab, “Saya Tidak Tahu”. Betapa mirisnya kalau hal itu terjadi lagi.
Dulu kemahasiswaan ITB yang saat itu bernama DEMA ITB, dikenal sebagai
inisiator dan penggerak kemahasiswaan nasional tuk bersatu padu menciptakan
perubahan di tanah air ini, tetapi saat ini kemahasiswaan ITB hanya sekedar
sebagai penonton. Apa perlu adanya momen tuk menjadi seperti dulu lagi ?.