JAKARTA,
(TNI Watch!, 17/11/99). Kalangan jendral TNI Angkatan Darat,
dulu terpecah dalam dua kubu. TNI Merah-Putih versus TNI Hijau (di kalangan
jendral TNI Merah Putih disebut TNI Taliban). Namun kini, TNI AD terpecah
menjadi tiga, yakni: TNI Reformasi (jelmaan TNI Merah Putih), TNI Hijau
(Taliban) dan Soehartois.Para
jendral Soehartois adalah para jendral yang pernah menjadi ajudan Presiden
Soeharto atau sebagai Pasukan Pengamanan Presiden (Paspampres) di zaman
Soeharto. Mereka ini: Jendral TNI Wiranto, Letjen TNI Sugiono, Letjen TNI
Tyasno Sudarto, Soegiono dan Tyasno adalah mantan Komandan Paspampres. Lalu ada
Letjen TNI Djadja Suparman (Pangkostrad) dan Mayjen TNI Sjafrie Syamsuddin
(Staf Ahli Pangab Bidang Polkam). Hingga kini Wiranto dan Sjafrie adalah dua
jendral yang bisa dengan gampang bertemu Soeharto. Kalau digunakan diagram ven,
sejumlah jendral Soehartois juga teriris di TNI "Taliban", dan satu
dua jendral yang teriris atau main di dua kelompok
ini.
HUBUNGAN SAYA DENGAN PAK YANI
Sayidiman
Suryohadiprojo
Hubungan
saya dengan Jenderal Anumerta Achmad Yani bermula dengan perkenalan saya dengan
beliau pada tahun 1956. Waktu itu Pak Yani yang baru selesai mengikuti
pendidikan di Command & General Staff College di Fort Leavonworth (AS)
ditetapkan sebagai Assisten 2 Operasi di Staf Umum AD (SUAD) di Jakarta. Jenderal
A.H. Nasution yang waktu itu menjadi Kepapa Staf AD (KASAD) telah menarik Pak
Yani dari komando Tentara & Territorium III (TT 3) Jawa Tengah untuk
dikirimkan ke pendidikan di AS itu. Pak Nas melihat kwalitas Pak Yani yang
tinggi sebagai Perwira yang ketika itu dibuktikan oleh Pak Yani sebagai
Komandan Resimen. Sebagai Dan Men Pak Yani telah berhasil mengatasi masalah
Darul Islam (DI/TII) yang terjadi di Jawa Tengah bagian barat. Pak Yani
membentuk pasukan yang diberi nama Banteng
Kapten Wardiman (KNIL Lulusan BREDA)
Salah
satu buah dari politik etis adalah dibukanya pintu pendidikan militer di KMA
Breda untuk segelintir pribumi Hindia Belanda. Mengapa segelintir? Karena untuk
masuk kesana memang bukan sembarang orang. Tubuh kuat dan otak cerdas tidak
cukup, dalam diri calon perwira KNIL tamatan Breda harus mengalir darah biru,
minimal anak seorang wedana. Sebuah
catatan menyebutkan, pribumi pertama yang menjadi kadet KNIL adalah Sultan
Hamid Alkadrie dari Pontianak. Ia lulus dari KMA Breda tahun 1936. Tapi saya
terus terang meragukan catatan ini, karena buku Siapa Dia? Perwira Tinggi TNI
karya Harsja W Bahctiar jelas menyebut dilantiknya R Sardjono Soeria Santoso
sebagai letnan II KNIL adalah tahun 1921. Tapi
KEMBALINYA GURU PARA JENDERAL KE MEDAN LAGA
OLEH
: DAHLAN ISKAN (WARTAWAN SENIOR INDONESIA)
Bagi
yang penasaran mengapa SBY menunjuk TB.Silalahi menjadi Ketua Dewan Pengawas
Partai Demokrat yang tengah di puncak kesulitannya, bacalah buku ini :
TB.SILALAHI (bercerita tentang pengalaman). Jangankan
mengurai benang kusut yang ruwet, Pak Harto yang begitu sangat “berkuasa”, juga
berhasil TB (begitu dia akrab disapa), “tundukkan”. Dalam
buku yang ditulis dengan gaya bahasa yang teramat menarik, lancar dan mengalir
oleh wartawan senior Atmadji Sumarkidjo itu, berbagai kisah penundukkan TB
dituturkan: menundukkan Jenderal Rudini, Jenderalk Edy Sudradjat dan banyak
jenderal lainnya yang sebenarnya adalah atasannya, TB juga mampu menundukkan
para analis perang, berbagai
Langganan:
Postingan (Atom)